Senin, 31 Desember 2007

hukum merayakan tahun baru

Nggak terasa perjalanan hidup kita di tahun 2007 ini tinggal menghitung detik aja. Itu dihitung saat artikel di buletin kesayangan kamu ini terbit pada akhir bulan Desember 2007. Sebenarnya hitungan tahun itu sekadar untuk ukuran. Bisa ditentukan aturan pengukurannya sama kita sendiri sebagai bahan untuk membuat target dan program dalam jangka waktu tertentu. Misalnya sedetik, semenit, satu jam, satu hari, satu minggu, satu bulan, satu tahun, satu windu, satu dasawarsa, satu abad, satu milenium. Selain membuat target dan program, tentunya ukuran waktu tersebut sebagai bahan evaluasi diri dan perjalanan hidup kita.

Nah, ngomong-ngomong soal tahun baru masehi yang senantisa dirayakan dengan sangat meriah, kadangkala bahkan ada yang sengaja melupakan sejenak persoalan hidup yang berat untuk sekadar merayakan pergantian tahun: old and new. Haruskah kita merayakan pergantian tahun tersebut? Padahal, isinya tak jauh dari “itu-itu” juga: kumpul bareng dengan keluarga, atau bersama komunitas yang kita buat, atau rame-rama membaur dengan masyarakat pada umumnya di tempat tertentu sambil menikmati makanan dan hiburan. Termasuk melanggengkan tradisi niup terompet pas detik jarum jam yang disepakati sebagai penanda awal dan akhir tahun tepat di angka 12 atau pada jam digital menunjukkan kombinasi angka “00.00″.

Idih, apa enaknya kayak gitu? Cuma hiburan sesaat, suka-suka sejenak, setelah itu esok hari kita stres lagi dihadapkan pada langkanya minyak tanah, pada nasib diri yang tak kunjung membaik, pada semua harga-harga yang makin tak terbeli, pada banjir yang menenggelamkan kota, pada tanah longsor yang siap mengubur dan pada semua beban hidup yang mendera. Maklumlah, jaman sekarang lagi krisis kayak gini kalo sampe hura-hura keterlaluan banget! Iya nggak sih?

Belum lagi kalo kita ngomongin hukum merayakan pergantian tahun baru masehi, boleh apa nggak, haram apa nggak bagi kaum muslimin. Iya kan? Kita harus tahu. Malu atuh ama jenggot yang tumbuh di mana-mana (eh, jenggot kan cuma tumbuh di bawah dagu ya?). Iya, maksudnya udah gede tapi nggak tahu aturan syariat kan kayaknya gimana gitu? Nggak layak, gitu lho! Sori ini bukan merendahkan, tapi sekadar nyindir bin nyentil aja. Supaya kamu yang belum tahu terpacu untuk belajar. Setuju kan?

Hukum merayakan tahun baru masehi

Nah, sebelum membahas lebih lanjut, saya sengaja menempatkan subjudul ini lebih dulu ketimbang tema lain. Iya, ini supaya kita sebagai muslim bisa berhati-hati sebelum melakukan perbuatan. Sebab, berdasarkan kaidah fiqih dalam ajaran agama kita, bahwa hukum asal suatu perbuatan adalah terikat dengan hukum syara (sayriat Islam). Itu sebabnya, sebelum melakukan suatu perbuatan kita harus tahu apakah perbuatan tersebut dihukumi sebagai perbuatan yang dibolehkan, diwajibkan, disunnahkan, diharamkan atau dihukumi sebagai makruh.

Lalu apa hukumnya merayakan tahun baru masehi bagi seorang muslim? Jawaban singkatnya adalah SSTBAH alias sangat sangat tidak boleh alias haram. Titik.

Duh, kok saklek banget sih? Oke, kalo kamu pengen tahu sebabnya, gaulislam mo ngasih bocorannya nih. Bahwa merayakan tahun baru masehi adalah bukan tradisi dari ajaran Islam. Meskipun jutaan atau miliaran umat Islam di dunia ini merayakan tahun baru masehi dengan sukacita dan lupa diri larut dalam gemerlap pesta kembang api atau melibatkan diri dalam hiburan berbalut maksiat tetap aja nggak lantas menjadikan tuh perayaan jadi boleh atau halal. Sebab, ukurannya bukanlah banyak atau sedikitnya yang melakukan, tapi patokannya kepada syariat.Oke?

So, sekadar tahu aja nih, tahun baru masehi itu sebenarnya berhubungan dengan keyakinan agama Nasrani, lho. Masehi kan nama lain dari Isa Almasih dalam keyakinan Nasrani. Sejarahnya gini nih, menurut catatan di Encarta Reference Library Premium 2005, orang pertama yang membuat penanggalan kalender adalah seorang kaisar Romawi yang terkenal bernama Gaisus Julius Caesar. Itu dibuat pada tahun 45 SM jika mengunakan standar tahun yang dihitung mundur dari kelahiran Yesus Kristus.

Tapi pada perkembangannya, ada seorang pendeta Nasrani yang bernama Dionisius yang kemudian ?memanfaatkan’ penemuan kalender dari Julius Caesar ini untuk diadopsi sebagai penanggalan yang didasarkan pada tahun kelahiran Yesus Kristus. Itu sebabnya, penanggalan tahun setelah kelahiran Yesus Kristus diberi tanda AD (bahasa Latin: Anno Domini yang berarti: in the year of our lord) alias Masehi. Sementara untuk jaman prasejarahnya disematkan BC (Before Christ) alias SM (Sebelum Masehi)

Nah, Pope (Paus) Gregory III kemudian memoles kalender yang sebelumnya dengan beberapa modifikasi dan kemudian mengukuhkannya sebagai sistem penanggalan yang harus digunakan oleh seluruh bangsa Eropa, bahkan kini di seluruh negara di dunia dan berlaku umum bagi siapa saja. Kalender Gregorian yang kita kenal sebagai kalender masehi dibuat berdasarkan kelahiran Yesus Kristus dalam keyakinan Nasrani. “The Gregorian calendar is also called the Christian calendar because it uses the birth of Jesus Christ as a starting date.”, demikian keterangan dalam Encarta.

Di jaman Romawi, pesta tahun baru adalah untuk menghormati Dewa Janus (Dewa yang digambarkan bermuka dua-ini bukan munafik maksudnya, tapi merupakan Dewa pintu dan semua permulaan. Jadi mukanya dua: depan dan belakan, depan bisa belakang bisa, kali ye?). Kemudian perayaan ini terus dilestarikan dan menyebar ke Eropa (abad permulaan Masehi). Seiring muncul dan berkembangnya agama Nasrani, akhirnya perayaan ini diwajibkan oleh para pemimpin gereja sebagai satu perayaan “suci” sepaket dengan Natal. Itulah sebabnya mengapa kalo ucapan Natal dan Tahun baru dijadikan satu: Merry Christmas and Happy New Year, gitu lho.

Nah, jadi sangat jelas bahwa apa yang ada saat ini, merayakan tahun baru masehi adalah bukan berasal dari budaya kita, kaum muslimin. Tapi sangat erat dengan keyakinan dan ibadah kaum Nasrani. Jangankan yang udah jelas perayaan keagamaan seperti Natal, yang masih bagian dari ritual mereka seperti tahun baru masehi dan ada hubungannya serta dianggap suci aja udah haram hukumnya dilakukan seorang muslim. Why?

Di antara ayat yang menyebutkan secara khusus larangan menyerupai hari-hari besar mereka adalah firman Allah Swt.: ”

??????????? ??? ??????????? ????????

“Dan orang-orang yang tidak memberikan perasaksian palsu” (QS al-Furqaan [25]: 72)

Ayat ini berkaitan dengan salah satu sifat para hamba Allah yang beriman. Ulama-ulama Salaf seperti Ibnu Sirin, Mujahid dan ar-Rabi’ bin Anas menafsirkan kata “az-Zuura” (di dalam ayat tersebut) sebagai hari-hari besar orang kafir.

Itu artinya, kalo sampe seorang muslim merayakan tahun baru masehi berarti melakukan persaksian palsu terhadap hari-hari besar orang kafir. Naudzubillahi min dzalik. Padahal, kita udah punya hari raya sendiri, sebagaimana dalam hadits yang shahih dari Anas bin Malik ra, dia berkata, saat Rasulullah saw. datang ke Madinah, mereka memiliki dua hari besar (’Ied) untuk bermain-main. Lalu beliau bertanya, “Dua hari untuk apa ini?” Mereka menjawab, “Dua hari di mana kami sering bermain-main di masa jahiliyyah”. Lantas beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah telah menggantikan bagi kalian untuk keduanya dua hari yang lebih baik dari keduanya: Iedul Adha dan Iedul Fithri” (Dikeluarkan oleh Imam Ahmad di dalam Musnadnya, No. 11595, 13058, 13210)

Terus, boleh nggak sih kita merayakan tahun baru karena niatnya bukan menghormati kelahiran Yesus Kristus dalam keyakinan agama Nasrani? Ya, sekadar senang-senang aja gitu, sekadar refreshing deh. Hmm.. ada baiknya kamu menyimak ucapan Umar Ibn Khaththab: Janganlah kalian mengunjungi kaum musyrikin di gereja-gereja (rumah-rumah ibadah) mereka pada hari besar mereka karena sesungguhnya kemurkaan Allah akan turun atas mereka (Dikeluarkan oleh Imam al-Baihaqy No. 18640) Umar ra. berkata lagi, “Hindarilah musuh-musuh Allah pada momentum hari-hari besar mereka” (ibid, No. 18641) Dalam keterangan lain, seperti dari Abdullah bin Amr bin al-Ash ra, dia berkata, “Barangsiapa yang berdiam di negeri-negeri orang asing, lalu membuat tahun baru dan festival seperti mereka serta menyerupai mereka hingga dia mati dalam kondisi demikian, maka kelak dia akan dikumpulkan pada hari kiamat bersama mereka” (‘Aun al-Ma’bud Syarh Sunan Abi Daud, Syarh hadits no. 3512)

Nah, berkaitan dengan larangan menyerupai suatu kaum (baik ibadahnya, adat-istiadanya, juga gaya hidupnya), Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” (HR Imam Ahmad dalam Musnad-nya jilid II, hlm. 50)

At-Tasyabbuh secara bahasa diambil dari kata al-musyabahah yang berarti meniru atau mencontoh, menjalin atau mengaitkan diri, dan mengikuti. At-Tasybih berarti peniruan. Dan mutasyabihah berarti mutamatsilat (serupa). Dikatakan artinya serupa dengannya, meniru dan mengikutinya.

Tasyabbuh yang dilarang dalam al-Quran dan as-Sunnah secara syar’i adalah menyerupai orang-orang kafir dalam segala bentuk dan sifatnya, baik dalam aqidah, peribadatan, kebudayaan, atau dalam pola tingkah laku yang menunjukkan ciri khas mereka. Hmm.. catet ye!

Tahun baru, dosa baru?

Waduh, masa’ sih kita memulai bilangan tahun dengan dosa baru? Apalagi untuk dosa lama aja kita belum pernah melakukan tobatnya, tapi udah bikin dosa baru. Keterlaluan abis deh kalo sampe punya cita-cita seperti itu. Tapi kenyataannya, ternyata banyak di antara kita yang malah merayakan tahun baru masehi dengan melakukan aktivitas maksiat. Kasihan deh!

Boys and gals, sebenarnya dalam pandangan Islam, untuk mengevaluasi diri selama ini udah ada tuntunannya dalam al-Quran, sebagaimana firman Allah Swt. (yang artinya): “Demi Waktu. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS al-Ashr [103] 1-3)

Rasulullah saw. bersabda: “Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya.” (HR Ahmad)

Orang yang pasti beruntung adalah orang yang mencari kebenaran, orang yang mengamalkan kebenaran, orang yang mendakwahkan kebenaran dan orang yang sabar dalam menegakan kebenaran. Mengatur waktu dengan baik agar tidak sia-sia adalah dengan mengetahui dan memetakan, mana yang wajib, sunah, haram, mana yang makruh, en mana yang mubah. Intinya kudu taat sama syariat Islam.

Itu artinya perubahan waktu ini harusnya kita jadikan momentum (saat yang tepat) untuk mengevaluasi diri. Jangan malah hura-hura bergelimang kesenangan di malam tahun baru masehi. Sudahlah merayakannya haram, eh, caranya maksiat pula. Halah, apa itu nggak dobel-dobel dosanya? Naudzubillahi min dzalik!

Sobat muda muslim, nggak baik hura-hura, lho. Hindari deh ya. Jangan sampe lupa diri. Itu sebabnya, Rasulullah saw. mewanti-wanti tentang dua hal yang bikin manusia tuh lupa diri. Sabda beliau saw.: “Ada dua nikmat, dimana manusia banyak tertipu di dalamnya; kesehatan dan kesempatan.” (HR Bukhari)

Nggak baik kalo kita nyesel seumur-umur akibat kita menzalimi diri sendiri. Sebab, kita nggak bakalan diberi kesempatan ulang untuk berbuat baik atau bertobat, bila kita udah meninggalkan dunia ini. Firman Allah Swt.:

???????????? ??? ???????? ????????? ???????? ?????????????? ????? ???? ???????????????

“Maka pada hari itu tidak bermanfaat (lagi) bagi orang-orang yang zalim permintaan uzur mereka, dan tidak pula mereka diberi kesempatan bertaubat lagi.” (QS ar-R?m [30]: 57)

Jadi, nggak usah deh kita ikutan heboh merayakan tahun baru masehi. Kita evaluasi diri, dan itu dilakukan setiap hari biar lebih seru. Jangan nunggu pergantian tahun baru masehi, entar tobat belum eh udah mati duluan. Rugi berat! Yuk kita tingkatin terus amal baik kita, jangan cuma menumpuk dosa. Hari demi hari harus lebih baik. Yup, mari mulai sekarang juga untuk evaluasi diri. Are you ready? [solihin: sholihin@gmx.net]

Sabtu, 29 Desember 2007

Apa yang baik menurut kita, Belum tentu baik menurut Alloh......^_^

Berkeluh kesah seringkali membuat kita
terdramatisasi oleh masalah. Seakan-akan
rencana dan keinginan kita lebih baik
daripada yang terjadi. Padahal, belum
tentu. Siapa tahu, di balik kejadian
yang mengecewakan menurut kita, ternyata
sarat dengan perlindungan Allah dan
sarat dengan terkabulnya harapan-harapan
kita. Tiap melakukan kekeliruan, kita
ditolong Allah dengan memberikan
tuntunan-Nya. Tuntunan itu tidak harus
dengan terkabulnya keinginan yang kita
mohonkan. Bisa jadi terkabulnya do’a itu
bertolak belakang dengan yang kita
minta. Karena Allah Mahatahu di balik
apapun keinginan kita. Baik keinginan
jangka pendek, maupun keinginan jangka
panjang. Baik kerugian duniawi maupun
kerugian ukhrawi. Baik kerugian secara
materi maupun secara kerugian mental.
Kita tidak bisa mendeteksi secara
cermat. Kadang-kadang kita hanya
mendeteksinya sesuai dengan keperluan
hawa nafsu kita.

Kelihatannya sepele mengaduh ini.
Tetapi, itu akan menjadi kualifikasi
pengendalian diri kita. Ketahuilah bahwa
kualitas seseorang itu tidak diukur
dengan sesuatu yang besar-besar, tetapi
oleh yang kecil-kecil. Kalau kita ingin
melihat kompleks perumahan yang
berkualitas, maka kita lihat saja
panjang pendek rumput di halamannya.
Kalau berkualitas dan terawat dengan
baik, maka rumputnya pun akan nampak
terawat dengan baik. Marilah kita respon
setiap kejadian demi kejadian dengan
respon lisan yang positif. Mengapa?
Karena setiap respon akan mempengaruhi
persepsi kita terhadap masalah yang kita
hadapi dan cara kita menyelesaikannya.
Lebih dari itu akan berdampak pula
kepada orang-orang di sekitar kita.
Jadi, sapaan-sapaan, teguran-teguran,
komentar-komentar, celetukan-celetukan
ini harus benar-benar bernilai
produktif. Tidak hanya berarti bagi diri
kita, tetapi juga bagi orang di sekitar
kita.

Apalagi keluh kesah termasuk penyakit
hati, yaitu bentuk ketidaksabaran kita
dalam menerima ketentuan dari Allah. Ada
hadits qudsi yang menyatakan bahwa
"Barang siapa yang tidak ridha terhadap
ketentuan-Ku, dan tidak sabar atas
musibah dari-Ku, maka carilah Tuhan
selain Aku." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari hadits qudsi ini, nampaklah bahwa
segala apapun yang Allah karuniakan
kepada kita, maka kita harus menerimanya
dengan ridha. Oleh karenanya, kita tidak
perlu banyak mengaduh atau berkeluh
kesah. Sedapat mungkin kurangi
aduh-mengaduh ini. Jauh akan lebih
produktif jikalau kita optimalkan waktu
dengan banyak berdo’a dan menambah
kualitas keilmuan diri serta terus
menyempurnakan ikhtiar di jalan Allah
yang diridhai.

Semoga artikel ini bisa membuat kita
semakin tegar dalam menghadami masalah
dan problem yang sedang atau akan kita
hadapi, serta kita bisa lebih ber
husnudzan dan ber tawakkal kepada Alloh
Azza Wajalla, karena Alloh berfirman
....Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan nya... QS.At Thalaq :3
Wallohu a'lam Bishowab.

ALLAH MENYAYANGIMU

ALLAH MENYAYANGIMU

Jika kau merasa lelah dan tak berdaya dari usaha yang sepertinya sia-sia....
Allah SWT tahu betapa keras engkau sudah berusaha.

Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih....
Allah SWT sudah menghitung air matamu.

Ketika kau fikir bahwa hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berjalan begitu saja...
Allah SWT sedang menunggu bersamamu.

Ketika kau berfikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu hendak berbuat apa lagi...
Allah SWT sudah punya jawabannya.

Ketika segala sesuatu menjadi tidak masuk akal dan kau merasa tertekan...
Allah SWT dapat menenangkanmu.

Ketika kau merasa sendirian

dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk menelpon...
Allah SWT selalu berada disampingmu

Ketika kau mendambakan sebuah cinta sejati yang tak kunjung datang...
Allah SWT mempunyai Cinta dan Kasih yang lebih besar dari segalanya
dan Dia telah menciptakan seseorang

yang akan menjadi pasangan hidupmu kelak.

Ketika kau merasa bahwa kau mencintai seseorang

namun kau tahu cintamu tak terbalas...
Allah SWT tahu apa yang ada di depanmu

dan Dia sedang mempersiapkan segala yang terbaik untukmu.

Ketika kau merasa telah dikhianati dan dikecewakan. ...
Allah SWT dapat menyembuhkan lukamu dan membuatmu tersenyum

Jika tiba-tiba kau dapat melihat jejak-jejak harapan

Allah SWT sedang berbisik kepadamu

Ketika segala sesuatu berjalan lancar dan kau merasa ingin mengucap syukur....
Allah SWT telah memberkahimu

Ketika sesuatu yang indah terjadi dan kau dipenuhi ketakjuban.. ..
Allah SWT telah tersenyum padamu.

Ketika kau memiliki tujuan untuk dipenuhi dan mimpi untuk digenapi....
Allah SWT sudah membuka matamu dan memanggilmu dengan namamu

Ingat dimanapun kau atau kemanapun kau menghadap... .
Allah SWT Maha Mengetahui.

Selasa, 11 Desember 2007

kata- kata indah

‎12:22 Ptg/Mlm ‎28/‎05/‎22
SABAR ITU SEPARUH IMAN,



PERGAULI DENGAN KEDUA IBUBAPA KAMU DENGAN
PERGAULAN YANG BAIK (HORMAT DAN IHSAN)



SESIAPA YANG MENYERAHKAN DIRINYA KEPADA ALLAH
SEDANGKAN DIA BERBUAT BAIK, MAKA SESUNGGUHNYA
DIA TELAH BERPEGANG KEPADA TALI ALLAH YANG KUKUH.



SESUNGGUHNYA ALLAH TIDAK MENGANIAYAI MANUSIA,
TETAPI MANUSIA SENDIRI MENGANIAYAI DIRINYA SENDIRI.



HIDUP INI BIARLAH SEIMBANG, AGAMA DENGAN DUNIA,
IBADAT DENGAN AMALANNYA, ILMU DENGAN AKHLAK,
JASMANI DENGAN ROHANI DAN AKAL DENGAN HATI



POHONLAH KEPADA ALLAH DAN HENDAKLAH KAMU
PENUH YAKIN DOAMU ITU DIPERKENANKANNYA



HAI ORANG YANG BERIMAN,
JADIKANLAH SABAR DAN SEMBAHYANG SEBAGAI PENOLONGMU.
SESUNGGUHNYA ALLAH BERSERTA ORANG YANG SABAR -
MAKSUD AL-QURAN (AL-BAQARAH)



JANGAN KAMU CENDERUNG KEPADA ORANG YANG BERLAKU ZALIM,
NANTI KAMU DISAMBAR API NERAKA -
MAKSUD SURAH HUD: AYAT 113.



BUDI PEKERTI YANG BAIK IALAH JIKA ENGKAU
MENYAMBUNGKAN SILATURRAHIM KEPADA
ORANG YANG MEMUTUSKAN PERSAHABATAN DENGANMU -
MAKSUD HADITH RASULULLAH S.A.W.



KATAKANLAH WAHAI MUHAMMAD,
BERAMALLAH KAMU MAKA DILIHAT OLEH ALLAH AMALAN KAMU,
RASULNYA DAN ORANG-ORANG MUKMIN.
(AL-QURAN)



KATAKANLAH (WAHAI MUHAMMAD)
PERHATIKANLAH DAN FIKIRKANLAH,
APA YANG ADA DI LANGIT DAN BUMI -
(AL-QURAN) -SURAH YUNUS.



ALLAH MENGHENDAKI KAMU BEROLEH KEMUDAHAN
DAN DIA TIDAK MENGHENDAKI KAMU MENANGGUNG
KESUSAHAN.
(AL-QURAN) - SURAH AL-BAQARAH - AYAT 185.



SESUNGGUHNYA ALLAH MENCINTAI ORANG YANG
BERJUANG PADA JALANNYA (UNTUK MEMBELA AGAMA)
DALAM SATU BARISAN YANG
KUKUH SEOLAH-OLAH SEBUAH BANGUNAN YANG KUKUH.
(AL-QURAN)-SURAH ASH SHAFF-AYAT 4.



DAN TANAH YANG BAIK, TANAM-TANAMAN (DENGAN SUBUR)
DENGAN IZIN ALLAH, TETAPI TANAH YANG TIDAK BAIK, TUMBUH-TUMBUHAN TIDAK TUMBUH DALAM KEADAAN
BAIK. BEGITULAH KAMI MENJELASKAN KETERANGAN
AYAT ITU UNTUK KAUM YANG BERSYUKUR.
(AL-QURAN)-SURAH AL A'RAAF-AYAT 58.



WAHAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN!
PELIHARALAH DIRI KAMU DAN AHLI KELUARGA KAMU
DARI (DICAMPAKKAN) KE DALAM API NERAKA
YANG BAHAN BAKARNYA TERDIRI DARI MANUSIA
DAN BATU-BATU.
(AL-QURAN)-SURAH AT-TAHRIIM-AYAT 6.



BARANGSIAPA YANG MENYERUPAI (MENIRU) SATU-SATU
KAUM MAKA DIA TERMASUK DI KALANGAN KAUM TERSEBUT.
(MAKSUD HADITH)



DAN BARANGSIAPA YANG TIDAK MELAKSANAKAN HUKUM-
HUKUM YANG TELAH DITURUNKAN OLEH ALLAH S.W.T.
MAKA MEREKA ITU ADALAH ORANG-ORANG YANG ZALIM.
(AL-QURAN)-SURAH AL MAAIDAH-AYAT 47.



SESUNGGUHNYA ALLAH AMAT MENGASIHI MEREKA
YANG BERTAUBAT DAN JUGA AMAT MENGASIHI MEREKA YANG MENYUCIKAN DIRI.
(AL-QURAN) -SURAH AL BAQARAH- AYAT 222.



DAN TIDAKLAH AKU CIPTAKAN JIN DAN MANUSIA ITU
MELAINKAN SUPAYA MEREKA MENGABDIKAN DIRI KEPADAKU.
(AL-QURAN)-SURAH ADZ-DZAARIYAAT-AYAT 56.



MAKA HENDAKLAH KAMU TANYA ORANG-ORANG YANG BERILMU SEKIRANYA KAMU TIDAK MENGETAHUI.
(AL-QURAN)-SURAH AL ANBIYAA'-AYAT 7.



SESUNGGUHNYA TELAH ADA PADA DIRI RASULULLAH ITU
SURI TELADAN YANG BAIK BAGIMU (IAITU) BAGI
ORANG YANG MENGHARAP (RAHMAT) ALLAH
DAN (KEDATANGAN) HARI KIAMAT DAN DIA
BANYAK MENYEBUT ALLAH.
(AL-QURAN)-SURAH AL AHZAB-AYAT 21.



DAN SIAPA YANG DISESATKAN ALLAH MAKA TIDAK ADA BAGINYA SEORANG PEMIMPIN PUN SESUDAH ITU. DAN KAMU AKAN MELIHAT ORANG-ORANG YANG ZALIM KETIKA MEREKA MELIHAT AZAB BERKATA: "ADAKAH KIRANYA JALAN UNTUK KEMBALI KE DUNIA?".
(AL-QURAN)-SURAH ASY SYUURA-AYAT 44.



PATUHILAH SERUAN TUHANMU SEBELUM DATANG DARI
ALLAH SUATU HARI YANG TIDAK DAPAT DITOLAK KEDATANGANNYA.
KAMU TIDAK MEMPEROLEH TEMPAT BERLINDUNG
PADA HARI ITU DAN TIDAK (PULA) DAPAT MENGINGKARI
(D0SA-DOSAMU).
(AL-QURAN)-SURAH ASY SYUURA-AYAT 47.



ANDA TIDAK DAPAT MENGGEMBIRAKAN SEMUA
ORANG DENGAN HARTA BENDA. OLEH ITU GEMBIRAKANLAH
MEREKA DENGAN SENYUMAN BERSERI DAN IKHLAS LUHUR
(MAKSUD HADITH)



ORANG YANG BANYAK BERKATA, AKAN BANYAK SILAP
DAN ORANG YANG BANYAK SILAP AKAN BANYAK DOSA DAN
ORANG YANG BANYAK DOSA IALAH NERAKA LEBIH LAYAK BAGINYA.
(MAKSUD HADITH)



KAHWINILAH ANDA WANITA YANG PENYAYANG DAN PERAMAH
DAN SALING MEMBERI HADIAHLAH AGAR KASIH SAYANG
KAMU BERTAMBAH.
(MAKSUD HADITH)



TIDAK SEDIKIT NEGERI YANG KAMI BINASAKAN
KERANA IA ZALIM, MAKA RUNTUHLAH IA DAN DEMIKIAN
PULA KAMI BINASAKAN TELAGA YANG DITINGGALKAN
SERTA MAHLIGAI YANG TINGGI
(SURAH AL HAJJ - AYAT 45)



DAN CARILAH APA YANG TELAH DIANUGERAHKAN ALLAH
KEPADAMU KEBAHAGIAAN DI AKHIRAT DAN JANGANLAH
KAMU LUPAKAN NASIB KAMU DI DUNIA. DAN
BERBUAT BAIKLAH KEPADA ORANG LAIN - SEBAGAIMANA
ALLAH TELAH BERBUAT BAIK KEPADA KAMU. DAN
JANGANLAH KAMU BERBUAT KERUSAKAN DI BUMI
KERANA SESUNGGUHNYA ALLAH TIDAK MENYUKAI
ORANG-ORANG YANG MELAKUKAN KERUSAKAN.
(SURAH AL QASHASH - AYAT 77)



BACALAH APA YANG TELAH DIWAHYUKAN KEPADAMU,
IAITU AL KITAB (AL QURAN) DAN DIRIKANLAH
SEMBAHYANG. SESUNGGUHNYA SEMBAHYANG ITU
MENCEGAH DARI PERBUATAN-PERBUATAN YANG
KEJI DAN MUNGKAR. DAN SESUNGGUHNYA MENGINGATI
ALLAH (SEMBAHYANG) ADALAH LEBIH BESAR
(KEUTAMAANNYA DARI IBADAT-IBADAT YANG LAIN)
DAN ALLAH MENGETAHUI APA YANG KAMU KERJAKAN.
(SURAH AL`ANKABUUT - AYAT 45)



SESIAPA YANG MENINGGALKAN SEMBAHYANG
SECARA SENGAJA, MAKA TERANGLAH KUFURNYA.
(MAKSUD HADITH)



SAYA TINGGALKAN UNTUK KAMU DUA PERKARA,
KAMU TIDAK AKAN SESAT SELAMA KAMU
BERPEGANG TEGUH DENGAN KEDUA-DUANYA,
IAITU KITAB ALLAH DAN SUNNAH RASULNYA.
(MAKSUD HADITH)



LANGIT DAN BUMI INI MILIK ALLAH DAN ALLAH
KUASA DI ATAS SEGALA SESUATU. SESUNGGUHNYA
TENTANG KEJADIAN LANGIT DAN BUMI DAN
PENGGANTIAN MALAM DAN SIANG ADALAH MENJADI
KETERANGAN BAGI ORANG-ORANG YANG MENGERTI.
ORANG-ORANG YANG MENGINGAT ALLAH KETIKA
BERDIRI DAN DUDUK DAN KETIKA BERBARING
DAN MEREKA MEMIKIRKAN TENTANG KEJADIAN
LANGIT DAN BUMI SAMBIL BERKATA: WAHAI
TUHAN KAMI TIADALAH ENGKAU MENJADIKAN
INI DENGAN SIA-SIA. MAHA SUCI ENGKAU, MAKA
PELIHARALAH KAMI DARI SIKSA NERAKA.
(MAKSUD SURAH ALI'MRAN)



DAN ALLAH MENYEDIAKAN BAGI KAMU SEGALA APA
YANG DI LANGIT DAN APA YANG DI BUMI SEMUANYA.
SESUNGGUHNYA DEMIKIAN ITU MENJADI BUKITI KEKUASAAN
ALLAH BAGI MEREKA MEMIKIRNYA.
(MAKSUD AL-QURAN)



DAN AKU TIDAK CIPTAKAN MANUSIA DAN JIN
MELAINKAN UNTUK BERIBADAT KEPADAKU. AKU
TIDAK HENDAK MEMINTA REZEKI DARIPADA
MEREKA. SESUNGGUHNYA ALLAH ITU PEMBERI REZEKI,
KUAT DAN TEGUH.
(MAKSUD SURAH ADZ DZAARIYAAT - AYAT 56 - 58)



AKAN KAMI PERLIHATKAN KEPADA MEREKA KELAK
BUKTI-BUKTI KEBENARAN KAMI DI SEGENAP PENJURU -
DUNIA - INI DAN PADA DIRI MEREKA SENDIRI
SEHINGGA JELASLAH KEPADA MEREKA BAHAWA
AL-QURAN ITU ADALAH BENAR.
(MAKSUD SURAH FUSHSHILAT - AYAT 53)



HAI MANUSIA! SESUNGGUHNY KAMI JADIKAN DARI
SEORANG LELAKI DAN PEREMPUAN. DAN KAMI JADIKAN
KAMU BERBANGSA-BANGSA, SUPAYA KAMU SALING
KENAL MENGENAL. SESUNGGUHNYA SEMULIA-MULIA
KAMU DI SISI ALLAH IALAH YANG BERTAKWA. SESUNGGUHNYA
ALLAH MAHA MENGETAHUI LAGI MAHA MENGENAL.
(MAKSUD SURAH AL HUJURAAT - AYAT 13)



SESUNGGUHNYA KAMI TELAH MENCIPTAKAN MANUSIA
ITU DALAM KEADAAN YANG PALING BAIK. KEMUDIAN
KAMI KEMBALIKAN DIA DALAM DARJAT YANG PALING
RENDAH KECUALI ORANG-ORANG YANG BERIMAN
DAN BERAMAL SOLEH. MAKA BAGI MEREKA
GANJARARAN YANG TIDAK TERHINGGA.
(MAKSUD SURAH AT THIIN - AYAT 4 - 6)



MELAMPAU, MELAMPAU. TIDAK ADA KELEBIHAN
KETURUNAN KULIT PUTIH DARI KETURUNAN
KULIT HITAM KECUALI DENGAN AMAL YANG BAIK.
(MAKSUD HADITH)



DAN SESUNGGUHNYA KAMI TELAH MULIAKAN
ANAK ADAM DAN TELAH KAMI TEMPATKAN MEREKA
DI DARAT DAN DI LAUT. DAN KAMI KURNIAKAN REZEKI
DARI BENDA YANG BAIK-BAIK KEPADA MEREKA.
DAN TELAH KAMI LEBIHKAN MEREKA DENGAN
SESUNGGUHNYA DARI KEBANYAKAN MAKHLUK
YANG TELAH KAMI JADIKAN.
(MAKSUD SURAH AL ISRAA' - AYAT 70)



KETAHUILAH BAHAWA SUNGGUHNYA WALI-WALI
ALLAH ITU MEREKA TIDAK MERASAI TAKUT DAN
TIDAK PULA MERASAI SUSAH. MEREKA ADALAH
ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN
SENTIASA BERTAKWA KEPADA ALLAH.
(MAKSUD SURAH YUNUS - AYAT 62 - 63)



APABILA MANUSIA ITU DITIMPA BAHAYA DIA MENYERU
KEPADA TUHANNYA, MAHU KEMBALI KEPADANYA.
TETAPI APABILA TUHAN MEMBERI KURNIA
KEPADANYA, LUPA APA YANG DIA SERU SEBELUM
ITU, LALU DIJADIKAN BAGI ALLAH SEKUTU UNTUK
MENYESATKAN ORANG LAIN DARI JALAN ALLAH.
KATAKANLAH: BERGEMBIRALAH DENGAN KEKUFURAN
KAMU ITU SEJENAK, SESUNGGUHNA KAMU DARI AHLI NERAKA.
(MAKSUD SURAH AZ ZUMAR AYAT 8)



DAN APABILA KAMU DITIMPA BAHAYA DI LAUTAN,
HILANGLAH DARI INGATAN KAMU APA YANG TELAH
KAMU SEMBAH MELAINKAN ALLAH, TETAPI SETELAH
KAMU DISELAMATKAN KE DARATAN TERUS KAMU
BERPALING TADAH. DAN ADALAH MANUSIA ITU
TIDAK TAHU BERTERIMA KASIH.
(MAKSUD SURAH AL ISRAA' - AYAT 67)



SEMUA KAMU ADALAH CUCU ADAM, ADAM
DIJADIKAN DARI TANAH.
(MAKSUD HADITH)



SEKIRANYA ADA DI BUMI DAN DI LANGIT TUHAN
SELAIN ALLAH NESCAYA KEDUA-DUANYA AKAN BINASA.
MAKA MAHA SUCI ALLAH YANG MEMPUNYAI
`ARSY DARIPADA APA YANG MEREKA SIFATKAN.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' - AYAT 22)



REBUTLAH LIMA MASA SEBELUM TIBA LIMA MASA,
MASA MUDAMU SEBELUM TUA, MASA SIHATMU
SEBELUM SAKIT, MASA KAYAMU SEBELUM
FAKIR, MASA LAPANG SEBELUM SIBUK DAN
MASA HIDUP SEBELUM MATI.
(MAKSUD HADITH)



SESUNGGUHNYA AGAMA DI SISI ALLAH
IALAH ISLAM.
(MAKSUD SURAH ALI'MRAN - AYAT 19)



SESIAPA YANG MENCARI AGAMA SELAIN DARIPADA
ISLAM, MAKA TIDAK DITERIMA DARIPADANYA
DAN DIA DI AKHIRAT TERMASUK ORANG-ORANG
YANG RUGI.
(MAKSUD SURAH ALI'MRAN - AYAT 85)



HARI INI AKU SEMPURNAKAN BAGI KAMU AGAMA KAMU
DAN TELAH AKU CUKUPKAN NIKMATKU DAN REDHA
ISLAM MENJADI AGAMA KAMU.
(MAKSUD SURAH AL-MAA-IDAH - AYAT 3)



TELAH LAHIR KERUSAKAN DI DARAT DAN DI LAUT
DISEBABKAN KERANA PERBUATAN TANGAN MANUSIA
SENDIRI SEHINGGA ALLAH MERASAKAN KEPADA
MEREKA SEBAHAGIAN DARIPADA AKIBAT
PERBUATAN MEREKA AGAR MEREKA
KEMBALI KE JALAN YANG BENAR.
(MAKSUD SURAH AR RUUM - AYAT 41)



DAN MEREKA AKAN BERTANYA KEPADAMU
HAKIKAT ROH, KATAKANLAH ROH ITU
URUSAN TUHAN KU DAN KAMU TIDAK
DIBERI PENGETAHUAN MELAINKAN SEDIKIT.
(MAKSUD SURAH AL ISRAA' - AYAT 85)



SESUNGGUHNYA KIAMAT PASTI AKAN BERLAKU,
YANG AKU SENGAJA SEMBUNYIKAN MASA
DATANGNYA SUPAYA SETIAP MANUSIA DIBALAS
DENGAN APA DIUSAHAKAN.
(MAKSUD SURAH THAAHAA - AYAT 15)



SESUNGGUHNYA KIAMAT ITU PASTI TERJADI, TIDAK
ADA KERAGUAN PADANYA DAN BAHAWA SESUNGGUHNYA
ALLAH AKAN BANGKITKAN ORANG-ORANG YANG DI KUBUR.
(MAKSUD SURAH AL-HAJJ - AYAT 7)



KATAKANLAH WAHAI MANUSIA BAHAWA SAYA
ADALAH UTUSAN ALLAH KEPADA KAMU SEMUA YANG
MEMILIKI KERAJAAN LANGIT DAN BUMI, TIDAK
ADA TUHAN SELAIN DARIPADA DIA YANG
MENGHIDUP DAN MEMATIKAN. KERANA ITU BERIMANLAH
DENGAN ALLAH DAN KITAB-KITABNYA DAN IKUTILAH
DIA MUDAH-MUDAHAN KAMU BEROLEH PETUNJUK.
(MAKSUD SURAH AL A'RAAF - AYAT 158)



SEGALA AMALAN ADALAH DENGAN NIAT DAN UNTUK
SESEORANG ITU APA YANG DINIATKANNYA. SIAPA
YANG BERHIJRAH KERANA ALLAH DAN RASULNYA.
MAKA HIJRAHNYA KEPADA ALLAH DAN RASULNYA
SIAPA YANG HIJRAH UNTUK MENDAPAT DUNIA
ATAU MENGAHWINI PEREMPUAN, MAKA
HIJRAHNYA JUGA SEMATA-MATA KEPADA
APA DIA BERHIJRAH.
(MAKSUD HADITH)



SESUNGGUHNYA ALLAH TELAH MEMBELI JIWA
RAGA ORANG-ORANG YANG BERIMAN DAN HARTA
MEREKA DENGAN MEMBAYARNYA DENGAN SYURGA.
MAKA BERSEDIALAH MEREKA ITU MATI DI MEDAN
PERANG KERANA MEMPERTAHANKAN HAK
ATAU KEBENARAN ALLAH SEBAGAIMANA YANG
DIJANJI DI DALAM KITAB-KITAB TAURAT, INJIL DAN
AL-QURAN. SIAPAKAH YANG LEBIH MENEPATI JANJI
DARIPADA ALLAH. SEBAB ITU BERGEMBIRALAH
DENGAN JUAL BELI YANG TELAH KAMU LAKUKAN ITU,
DAN ITULAH KEJAYAAN YANG BESAR.
(MAKSUD SURAH AT TAUBAH - AYAT 111)



DAN BELANJANJAKANLAH (HARTA BENDAMU)
PADA JALAN ALLAH, DAN JANGAN JATUHKAN DIRIMU
KE DALAM KEBINASAAN. DAN BERBUAT BAIKLAH
KERANA SESUNGGUHNYA ALLAH MENYUKAI
ORANG-ORANG YANG BERBUAT BAIK.
(MAKSUD SURAH AL BAQARAH - AYAT 195)



DUA SUARA YANG DIKUTUK ALLAH DI DUNIA
DAN DI AKHIRAT, IAITU BERNYANYI-NYANYI
KETIKA MENDAPAT NIKMAT DAN MENJERIT-JERIT
KETIKA MENDAPAT MAKSIAT.
(MAKSUD HADITH)



BARANGSIAPA YANG KAFIR SESUDAH BERIMAN
(TIDAK MENERIMA HUKUM-HUKUM ISLAM) MAKA
HAPUS AMALANNYA DAN DI AKHIRAT NANTI
DIA TERMASUK ORANG-ORANG YANG MERUGI.
(MAKSUD SURAH AL MAA-IDAH - AYAT 5)



KAMI TELAH CIPTAKAN MANUSIA DAN KAMI
TAHU APA YANG DIBISIKKAN HATINYA. KAMI
LEBIH HAMPIR KEPADANYA DARI
URAT LEHERNYA.
(MAKSUD AYAT AL-QURAN)



DIMANA SAHAJA KAMU BERADA, KAMU TETAP AKAN
DIDATANGI KEMATIAN WALAUPUN KAMU BERADA
DI DALAM BENTENG YANG TINGGI LAGI KUKUH.
(MAKSUD SURAH AN NISAA'AYAT 78)



BUDI PEKERTI YANG BAIK IALAH JIKA ENGKAU
MEMAAFKAN ORANG YANG MENGANIAYAI ENGKAU.
(MAKSUD HADITH)



HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, TAATILAH
ALLAH DAN TAATILAH RASULNYA DAN ULIL AMRI
DIANTARA KAMU. KEMUDIAN JIKA KAMU BERLAINAN
PENDAPAT TENTANG SESUATU, MAKA KEMBALIKANLAH
KEPADA ALLAH (AL-QURAN) DAN RASULNYA (SUNNAHNYA),
JIKA KAMU BENAR-BENAR BERIMAN KEPADA ALLAH DAN
HARI KEMUDIAN. YANG DEMIKIAN ITU LEBIH UTAMA
(BAGIMU) DAN LEBIH BAIK AKIBATNYA.
(MAKSUD SURAH AN NISAA'AYAT 59)



ORANG YANG TIDAK MAHU KAHWIN KERANA
TAKUT MISKIN, BUKANLAH DARI UMATKU.
(MAKSUD HADITH)



YANG MEMBERI SYAFAAT PADA HARI KIAMAT
ADALAH TIGA GULUNGAN IAITU:
PARA NABI, PARA ULAMA' DAN PARA SYUHADA'
(MAKSUD HADITH)



TELAH DEKAT KEPADA MANUSIA HARI MENGHISAB
SEGALA AMALAN MEREKA, SEDABG MEREKA BERADA
DALAM KELALAIAN LAGI BERPALING (DARIPADANYA).
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 1)



BERKATALAH MUHAMMAD (KEPADA MEREKA):
"TUHANKU MENGETAHUI SEMUA PERKATAAN DI LANGIT
DAN DI BUMI DAN DIALAH YANG MAHA MENDENGAR
LAGI MAHA MENGETAHUI".
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 4)



DAN TIDAKLAH KAMI JADIKAN MEREKA TUBUH-TUBUH
YANG TIADA MEMAKAN MAKANAN, DAN TIDAK (PULA)
MEREKA ITU ORANG-ORANG YANG KEKAL.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 8)



SEBENARNYA KAMI MELONTARKAN YANG HAK
KEPADA YANG BATIL LALU YANG HAK ITU
MENGHANCURKANYA, MAKA DENGAN SERTA
MERTA YANG BATIL ITU LENYAP. DAN KECELAKAANLAH
BAGIMU DISEBABKAN KAMU MENSIFATI (ALLAH DENGAN
SIFAT-SIFAT YANG TIDAK LAYAK BAGINYA)
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 18)



DAN KEPUNYAANNYALAH SEGALA YANG DI LANGIT
DAN DI BUMI. DAN MALAIKAT-MALAIKAT YANG DI SISINYA,
MEREKA TIADA MEMPUNYAI RASA ANGKUH UNTUK
MENYEMBAHNYA DAN TIADA (PULA) MERASA LETIH.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 19)



MEREKA SELALU BERTASBIH MALAM DAN SIANG
TIADA HENTI-HENTINYA.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 20)



DAN KAMI TIDAK MENGUTUS SEORANG RASUL PUN
SEBELUM KAMU, MELAINKAN KAMI WAHYUKAN
KEPADANYA: "BAHAWASANYA TIDAK ADA TUHAN
(YANG HAK) MELAINKAN AKU. MAKA SEMBAHLAH
OLEHMU SEKALIAN AKAN AKU".
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 27)



KATAKANLAH: "HAI MANUSIA SESUNGGUHNYA AKU
ADALAH UTUSAN ALLAH KEPADAMU SEMUA, IAITU
ALLAH YANG MEMPUNYAI KERAJAAN LANGIT DAN BUMI;
TIDAK ADA TUHAN (YANG BERHAK DISEMBAH) SELAIN DIA
YANG MENGHIDUPKAN DAN MEMATIKAN, MAKA BERIMANLAH
KAMU KEPADA ALLAH DAN RASULNYA, NABI YANG UMMI
YANG BERIMAN KEPADA ALLAH DAN KEPADA KALIMAT-
KALIMATNYA (KITAB-KITABNYA) DAN IKUTILAH DIA,
SUPAYA KAMU MENDAPAT PETUNJUK".
(MAKSUD SURAH AL A'RAAF AYAT 158)



DAN BARANGSIAPA DI ANTARA MEREKA MENGATAKAN
"SESUNGGUHNYA AKU ADALAH TUHAN SELAIN DARIPADA
ALLAH". MAKA ORANG ITU KAMI BERI BALASAN DENGAN
JAHANNAM, DEMIKIAN KAMI MEMBERIKAN PEMBALASAN
KEPADA ORANG-ORANG YANG ZALIM.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 29)



DAN APAKAH ORANG-ORANG YANG KAFIR TIDAK
MENGETAHUI BAHAWASANYA LANGIT DAN BUMI
ITU KEDUANYA DAHULU ADALAH SUATU YANG PADU
KEMUDIAN KAMI PISAHKAN ANTARA KEDUANYA. DAN
DARI AIR KAMI JADIKAN SEGALA SESUATU YANG HIDUP.
MAKA MENGAPAKAH MEREKA TIADA JUA BERIMAN?.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 30)



DAN TELAH KAMI JADIKAN DI BUMI INI GUNUNG-
GANANG YANG KUKUH SUPAYA BUMI ITU (TIDAK)
GONCANG BERSAMA MEREKA, DAN TELAH KAMI
JADIKAN (PULA) DI BUMI ITU JALAN-JALAN YANG LUAS,
AGAR MEREKA MENDAPAT PETUNJUK.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 31)



DAN KAMI MENJADIKAN LANGIT ITU SEBAGAI ATAP
ATAP YANG TERPELIHARA, SEDANG MEREKA BERPALING
DARI SEGALA TANDA-TANDA (KEKUASAAN ALLAH)
YANG TERDAPAT PADANYA.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 32)



DAN DIALAH YANG TELAH MENCIPTAKAN MALAM
DAN SIANG, MATAHARI DAN BULAN. MASING-MASING
DARI KEDUANYA ITU BEREDAR DI DALAM GARIS EDARNYA.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 33)



KAMI TIDAK MENJADIKAN HIDUP ABADI BAGI SEORANG
MANUSIA PUN SEBELUM KAMU (MUHAMMAD), MAKA
JIKALAU KAMU MATI, APAKAH MEREKA AKAN KEKAL.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 34)



TIAP-TIAP YANG BERJIWA AKAN MERASAKAN MATI.
KAMI AKAN MENGUJI KAMU DENGAN KEBURUKAN DAN
KEBAIKAN SEBAGAI COBAAN (YANG SEBENAR-BENARNYA).
DAN HANYA KEPADA KAMILAH KAMU DIKEMBALIKAN.
(MAKSUD SURAH AL ANBIYAA' AYAT 35)



SUDAH DATANGKAH KEPADAMU BERITA (TENTANG)
HARI PEMBALASAN? BANYAK MUKA HARI ITU TUNDUK
TERHINA. BEKERJA KERAS LAGI KEPAYAHAN. MEMASUKI
API YANG SANGAT PANAS (NERAKA). DIBERI MINUM (DENGAN
AIR) DARI SUMBER YANG SANGAT PANAS. MEREKA TIADA
MEMPEROLEH MAKANAN SELAIN DARI POHON YANG BERDURI
YANG TIDAK MENGGEMUKKAN DAN TIDAK PULA
MENGHILANG LAPAR.
(MAKSUD SURAH AL GHAASYIYAH AYAT 1 - 7 )



BANYAK MUKA PADA HARI ITU BERSERI-SERI. MERASA
SENANG KERANA USAHANYA. DALAM SYURGA YANG
TINGGI. TIDAK KAMU DENGAR DI DALAMNYA PERKATAAN
YANG TIDAK BERGUNA. DI DALAMNYA ADA TAKHTA-TAKHTA
YANG DITINGGIKAN. DAN GELAS-GELAS YANG TERLETAK
(DI DEKATNYA). DAN BANTAL-BANTAL SANDARAN YANG
TERSUSUN. DAN PERMAIDANI-PERMAIDANI YANG TERHAMPAR.
(MAKSUD SURAH AL GHAASYIYAH AYAT 8 - 16 )



APABILA LANGIT TERBELAH. DAN PATUH KEPADA TUHANNYA,
DAN SUDAH SEMESTINYA LANGIT ITU PATUH. DAN APABILA
BUMI DIRATAKAN. DAN MEMUNTAHKAN APA YANG ADA
DI DALAMNYA DAN MENJADI KOSONG. DAN PATUH KEPADA
TUHANNYA DAN SUDAH SEMESTINYA BUMI ITU PATUH, (PADA
WAKTU ITU MANUSIA AKAN MENGETAHUI AKIBAT
PERBUATANNYA). HAI MANUSIA, SESUNGGUHNYA KAMU TELAH
BEKERJA DENGAN SUNGUH-SUNGGUH MENUJU TUHANMU, MAKA
PASTI KAMU AKAN MENEMUINYA. ADAPUN ORANG YANG
DIBERIKAN KITABNYA DARI SEBELAH KANANNYA. MAKA DIA
AKAN DIPERIKSA DENGAN PEMERIKSAAN YANG MUDAH.
DAN DIA AKAN KEMBALI KEPADA KAUMNYA (YANG SAMA-
SAMA BERIMAN) DENGAN GEMBIRA.
(MAKSUD SURAH AL INSYIQAAQ AYAT 1 - 9 )



ADA PUN ORANG YANG DIBERIKAN KITABNYA DARI
BELAKANG, MAKA DIA AKAN BERTERIAK: "CELAKALAH AKU".
DAN DIA AKAN MASUK KE DALAM API YANG MENYALA-NYALA
(NERAKA). SESUNGGUHNYA DIA DAHULU (DI DUNIA) BERGEMBIRA
DI KALANGAN KAUMNYA (YANG SAMA-SAMA KAFIR).
SESUNGGUHNYA DIA YAKIN BAHAWA DIA SEKALI-SEKALI
TIDAK AKAN KEMBALI (KEPADA TUHANNYA). (BUKAN DEMIKIAN),
YANG BENAR, SESUNGGUHNYA TUHANNYA SELALU MELIHATNYA.
(MAKSUD SURAH AL INSYIQAAQ AYAT 10 - 15)



DEMI MALAM APABILA MENUTUPI CAHAYA (CAHAYA SIANG).
DAN SIANG APABILA TERANG BENDERANG. DAN PENCIPTAAN
LELAKI DAN PEREMPUAN. SESUNGGUHNYA USAHA KAMU
MEMANG BERBEZA-BEZA. ADAPUN ORANG YANG MEMBERIKAN
(HARTANYA DI JALAN ALLAH) DAN BERTAKWA. DAN MEMBENARKAN
ADANYA PAHALA YANG TERBAIK (SYURGA). MAKA KAMI KELAK
AKAN MENYIAPKAN BAGINYA JALAN YANG MUDAH.
(MAKSUD SURAH AL LAIL (MALAM) AYAT 1 - 7)



DAN ADA PUN ORANG-ORANG YANG BAKHIL DAN MERASA
DIRINYA CUKUP. SERTA MENDUSTAKAN PAHALA YANG
TERBAIK. MAKA KELAK KAMI AKAN MENYIAPKAN BAGINYA
(JALAN) YANG SUKAR. DAN HARTANYA TIDAK BERMANAFAAT
BAGINYA APABILA IA TELAH BINASA. SESUNGGUHNYA KEWAJIBAN
KAMILAH MEMBERI PETUNJUK. DAN SESUNGGUHNYA KEPUNYAAN
KAMILAH AKHIRAT DAN DUNIA.
(MAKSUD SURAH AL LAIL (MALAM) AYAT 8 - 13)



MAKA, KAMILAH MEMPERINGATKAN KAMU DENGAN
NERAKA YANG MENYALA-NYALA. TIDAK ADA YANG MASUK
KE DALAMNYA KECUALI ORANG YANG PALING CELAKA.
YANG MENDUSTAKAN (KEBENARAN) DAN BERPALING (DARI IMAN).
DAN KELAK AKAN DIJAUHKAN ORANG YANG PALING TAKWA
DARI NERAKA ITU. YANG MENAFKAHKAN HARTANYA (DI JALAN
ALLAH) UNTUK MEMBERSIHKANNYA. PADA HAL TIDAK ADA
SEORANG PUN MEMBERIKAN SUATU NIKMAT KEPADANYA
YANG HARUS DIBALASNYA. TETAPI (DIA MEMBERIKAN ITU
SEMATA-MATA) KERANA MENCARI KEREDHAAN TUHANNYA
YANG MAHA TINGGI. DAN KELAK DIA BENAR-BENAR
MENDAPAT KEPUASAN.
(MAKSUD SURAH AL LAIL (MALAM) AYAT 14 - 21)



ORANG YANG BERAT DAN RINGAN TIMBANGAN PERBUATANNYA
DI HARI KIAMAT.


HARI KIAMAT. APAKAH HARI KIAMAT ITU? TAHUKAH KAMU
APAKAH HARI KIAMAT ITU? PADA HARI ITU MANUSIA
SEPERTI ANAI-ANAI YANG BERTEBARAN, DAN GUNUNG-
GUNUNG SEPERTI BULU YANG DIHAMBUR-HAMBURKAN,
DAN ADAPUN ORANG Y ANG BERAT TIMBANGAN
(KEBAIKAN)NYA, MAKA DIA BERADA DALAM KEHIDUPAN
YANG MEMUASKAN. DAN ADAPUN ORANG-ORANG YANG
RINGAN TIMBANGAN (KEBAIKAN)NYA, MAKA TEMPAT
KEMBALINYA ADALAH NERAKA HAWIYAH. DAN TAHUKAH
KAMU APAKAH NERAKA HAWIYAH ITU? (IAITU) API YANG
SANGAT PANAS.
(MAKSUD SURAH AL QAARI'AH (HARI KIAMAT) AYAT 1 - 11)



(SURAH AT TAKAATSUUR)ANCAMAN ALLAH TERHADAP
ORANG YANG LALAI DAN BERMEGAH-MEGAH. KEINGINAN
MANUSIA UNTUK BERMEGAH-MEGAHAN DALAM SOAL
DUNIAWI, SERING MELALALAIKAN MANUSIA DARI TUJUAN
HIDUPNYA. DIA BARU MENYEDARI KESALAHANNYA ITU
SETELAH MAUT MENDATANGINYA; MANUSIA AKAN DITANYA
DI AKHIRAT TENTANG NIKMAT YANG DIBANGGA-BANGGAKAN ITU.
SURAH INI MENGEMUKAKAN CELAAN DAN ANCAMAN TERHADAP ORANG-ORANG YANG BERMEGAH-MEGAHAN DENGAN APA YANG
DIPEROLEHNYA DAN TIDAK MEMBELANJAKANNYA DI JALAN ALLAH.
MEREKA PASTI DIAZAB DAN PASTI AKAN DITANYA TENTANG APA
YANG DIMEGAH-MEGAHKANNYA ITU.



BERMEGAH-MEGAHAN TELAH MELALAIKAN KAMU (BERMEGAH-
MEGAHAN DALAM SOAL BANYAK ANAK, HARTA, PENGIKUT
KEMULIAAN DAN SEUMPAMANYA TELAH MELALAIKAN
KAMU DARI KETAATAN). SAMPAI KAMU MASUK KE DALAM
KUBUR. JANGANLAH BEGITU, KELAK KAMU AKAN MENGETAHUI
(AKIBAT PERBUATAN ITU). DAN JANGANLAH BEGITU. KELAK
KAMU AKAN MENGETAHUI, JANGANLAH BEGITU, JIKA KAMU
MENGETAHUI DENGAN PENGETAHUAN YANG YAKIN, NESCAYA
KAMU BENAR-BENAR AKAN MELIHAT NERAKA JAHIIM. DAN
SESUNGGUHNYA KAMU BENAR-BENAR AKAN MELIHATNYA
DENGAN AINUL YAQIN (MELIHAT DENGAN MATA KEPALA
SENDIRI SEHINGGA MENIMBULKAN KEYAKINAN YANG KUAT.
KEMUDIAN KAMU PASTI AKAN DITANYAI PADA HARI ITU
TENTANG KENIKMATAN (YANG KAMU MEGAH-MEGAHKAN
DI DUNIA ITU).
(MAKSUD SURAH AT TAKAATSUR (BERMEGAH-MEGAHAN) AYAT 1 - 8)



(SURAH AL `ASHR)AMAT RUGILAH MANUSIA YANG TIDAK MEMANFA'ATKAN WAKTUNYA UNTUK BERBAKTI.



DEMI MASA, SESUNGGUHNYA MANUSIA ITU BENAR-BENAR
BERADA DALAM KERUGIAN, KECUALI ORANG-ORANG YANG
BERIMAN DAN MENGERJAKAN AMAL SOLEH DAN NASIHAT
MENASIHATI SUPAYA MENTAATI KEBENARAN DAN
NASIHAT-MENASIHATI SUPAYA MENETAPI KESABARAN.
(MAKSUD SURAH AL `ASHR (MASA) AYAT 1 - 3)



SOLAT(SEMBAHYANG) DAN BERKORBAN TANDA BERSYUKUR
KEPADA NIKMAT ALLAH.



SESUNNGUHNYA KAMI TELAH MEMBERIKAN KEPADAMU
NIKMAT YANG BANYAK. MAKA DIRIKANLAH SOLAT KERANA
TUHANMU DAN BERKORBANLAH (MENYEMBELIH HAIWAN
KORBAN SEBAGAI IBADAH DAN MENSYUKURI NIKMAT ALLAH)
SESUNGGUHNYA ORANG-ORANG YANG MEMBENCI KAMU
DIALAH ORANG-ORANG YANG TERPUTUS (TERPUTUS DARI
RAHMAT ALLAH).
(MAKSUD SURAH AL KAUTSAR (NIKMAT YANG BANYAK) AYAT 1 - 3)



TIDAK ADA TOLERANSI DALAM HAL KEIMANAN
DAN PERIBADATAN. (SURAH AL KAAFIRUUN MENGISYARATKAN
TENTANG HABISNYA SEMUA HARAPAN ORANG-ORANG KAFIR
DALAM USAHA MEREKA AGAR NABI MUHAMMAD S.A.W.
MENINGGALKAN DAKWAHNYA).



KATAKANLAH: "HAI ORANG-ORANG YANG KAFIR,
AKU TIDAK AKAN MENYEMBAH APA YANG KAMU
SEMBAH. DAN KAMU BUKAN MENYEMBAH PENYEMBAH
TUHAN YANG AKU SEMBAH. DAN AKU TIDAK PERNAH
MENJADI PENYEMBAH APA YANG KAMU SEMBAH. DAN
KAMU TIDAK PERNAH (PULA) MENJADI PENYEMBAH
TUHAN YANG AKU SEMBAH. UNTUKMULAH AGAMAMU,
DAN UNTUKKULAH, AGAMAKU".
(MAKSUD SURAH AL KAAFIRUUN (ORANG-ORANG YANG KAFIR) AYAT 1 - 6)



(SURAH AN NASHR) (PERTOLONGAN) PERTOLONGAN DAN
KEMENANGAN ITU DATANGNYA DARI ALLAH MAKA PUJILAH
DIA. JANJI BAHAWA PERTOLONGAN ALLAH AKAN DATANG
DAN ISLAM AKAN MENDAPAT KEMENANGAN; PERINTAH
DARI TUHAN AGAR BERTASBIH MEMUJINYA DAN MINTA
AMPUN KEPADANYA DI KALA TERJADI PERISTIWA YANG
MENGGEMBIRAKAN. SURAH INI MENGISYARATKAN
BAHAWA TUGAS NABI MUHAMMAD S.A.W. SEBAGAI RASUL
TELAH MENDEKATI AKHIRNYA.



APABILA TELAH DATANG PERTOLONGAN ALLAH DAN
KEMENANGAN. DAN KAMU LIHAT MANUSIA MASUK
AGAMA ALLAH DENGAN BERBONDONG-BONDONG, MAKA
BERTASBIHLAH DENGAN MEMUJI TUHANMU DAN MOHONLAH
AMPUN KEPADA-NYA. SESUNGGUHNYA DIA ADALAH
MAHA PENERIMA TAUBAT.
(MAKSUD SURAH AN NASHR (PERTOLONGAN) AYAT 1 - 3)

PERSIAPAN PARA DA’I; ILMU SENI

PERSIAPAN PARA DA’I; ILMU SENI

BERDAKWAH (USLUB DAKWAH)

1.0 MUQADDIMAH

Dewasa ini kita melihat semakin ramai mad’u yang diabaikan oleh para da’i rentetan ketidakfahaman tentang cara pendekatan/uslub yang sebetulnya, mengikut keadaan masa dan aqal mad’u. Bagi memastikan kesinambungan dakwah, para da’i hendaklah memiliki beberapa persiapan bagi memastikan mereka terus bersedia dan beristiqamah dalam mengajak manusia kepada mengenal Allah SWT. Persiapan-persiapan ini termasuklah persiapan ilmu, mentaliti, jasmani, rohani, akhlak dan daya kepimpinan.

Senjata pertama yang perlu dimiliki oleh seorang da’i ialah persiapan ilmu. Secaranya umumnya setiap da’i hendaklah memahami persoalan aqidah, akhlak, hukum-hukum fiqh dan seterusnya ke peringkat yang lebih besar dalam persoalan dakwah dan jihad.

Keberkesanan dakwah berkadar terus dengan selok belok dakwah yang antara lainnya menyentuh tentang uslub dakwah itu sendiri. Ilmu dakwah dan uslubnya adalah dua perkara yang tidak dapat dipisahkan, umpama aur dengan tebing, yang menjadi penentu kepada kejayaan dakwah yang hendak dibawa.

2.0 DEFINISI DAN PENGERTIAN USLUB DAKWAH

‘Uslub’ adalah perkataan Arab yang membawa maksud jalan atau seni dalam percakapan atau pekerjaan. Juga didefinisikan sebagai metodologi atau cara melakukan sesuatu atau sistem melakukan sesuatu.

Usaha yang lebih berkesan dan realisasi mesej hanya boleh dicapai apabila dakwah itu mempunyai method atau uslub yang relevan dan terkini. Dengan ini, methodologi itu merupakan satu ilmu, yang perlu dipelajari, dikaji dan dikuasai sebaiknya bagi memudahkan segala urusan dalam lapangan kehidupan.

Uslub dakwah merupakan suatu sistem tersendiri yang tidak boleh dicipta oleh mana-mana sistem di alam cakerawala ini. Ianya bersifat rabbani; diwahyukan oleh Allah SWT kepada semua RasulNya untuk diaplikasikan mengikut tahap dan situasi. Uslub tersebut tidak ketinggalan zaman kerana ianya bersifat terkini selamanya yang bersumberkan Al Quran dan As Sunnah. Firman Allah SWT yang bermaksud:

“Dan siapakah yang lebih elok percakapannya dari mereka yang berdakwah kepada Allah dan beramal soleh serta berkata: Sesungguhnya aku termasuk di dalam golongan yang berserah diri kepada Allah SWT” (Surah al-Fussilat: 33)

3.0 USLUB AL-DAKWAH / PENDEKATAN DALAM BERDAKWAH

Dakwah dalam pengertian yang amat mudah adalah “ad-dakwah Ilallah” (menyeru ke jalan Allah). Namun ianya tidak mudah tercapai tanpa memahami semua rukun dakwah dan di antara rukun tersebut ialah pendekatan dakwah itu sendiri yang kita selalu menyebutnya sebagai uslub al-dakwah. Perlu diingatkan, ianya perlulah didahului oleh rukun yang sebelumnya (Maudhu’ al-dakwah/Topik utama dakwah, Al-Daie/Para pendakwah dan Al-Mad’uun/Penerima dakwah) kerana ia amat berkait rapat dan saling berturutan bagi mendapat gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang konteks yang sebenarnya.

Sebagaimana yang dinyatakan sebelum ini, uslub dakwah ini diasaskan atas manhaj Rabbani. Di dalam rujukan utama kita yakni Al Quran, Allah SWT telah menggariskan uslub dakwah dengan jelas lagi nyata:

“Serulah ke jalan TuhanMu (Wahai Muhammad) dengan hikmah kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau seru itu) dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya TuhanMu Dialah jua yang lebih mengetahuiakan orang yang sesat dari jalannya, dan Dialah jua yang lebih mengetahui akan orang-orang yang medapat hidayah petunjuk”. (Surah al-Nahl:125)

Dari panduan ayat di atas, terdapat sekurang-kurangnya tiga uslub yang menjadi tunjang utama uslub ini. Namun, masih terdapat banyak cabang uslub dakwah yang perlu dirujuki kepada As Sunnah sebagai sumber rujukan kedua.

3.1 Uslub Pertama: AL-HIKMAH

Al-Hikmah, dari Abu Ja’far bin Ya’qub memberi maksudnya sebagai “setiap kebaikan dari perkataan yang menghasilkan perbuatan yang tepat”

Kata al-Jurjani: ”Setiap tutur kata yang menepati kebenaran adalah hikmah”. Dan berkata Ibn Zaid: “Semua perkataan yang memberi pengajaran atau menyeru kepada kemuliaan atau menegah kamu dari keburukan adalah hikmah”.

Firman Allah SWT:

“Allah memberika hikmah kebijaksanaan (ilmu yang berguna) kepada sesiapa yang dikehendakinya (menurut aturan yang dikehendakiNya) . Dan sesiapa yang diberikan hikmah itu, maka sesungguhnya ia telah diberika kebaikan yang banyak. Dan tiadalah yang dapat mengambil pengajarn (dan peringatan) melainkan orang-orang yang menggunaka akal fikirannya”. (Surah al-Baqarah:269)

Ayat di atas jelas mengaitkan hikmah itu dengan kebaikan. Dengan ini kita boleh mengambil iktbar bahawa al-Hikmah merupakan uslub terpenting dalam berdakwah. Ianya amat luas dan boleh dipecahkan sebagaimana berikut:

3.1.1 Uslub al-Ilm wa al-ma’rifah (Pendekatan ilmu dan pengetahuan)

Pendekatan akademik yang berteraskan ilmu pengetahuan yang mendalam dari sumber utama menjadi asas uslub ini. Ianya bersifat jitu, tepat dan ketat.

Pendekatan ini sesuai dengan ahli-ahli akademik yang mementingkan fakta dan ulasan yang menginginkan kepuasan mental yang akhirnya boleh tuduk dengan adanya kebenaran.

Contoh uslub ini ialah peristiwa yang berlaku kepada pendakwah-pendakwah awal ISalm yang berhijrah ke Habsyah. Mereka ini terdiri daripada 83 orang sahabat r.a termasuk Uthman bin Affan, isterina Ruqayyah binti Rasulullah SAW, Az-Zubir bin Al-Awwam, Ja’far bin Abdul Mutholib dan lain-lain.

An – Najasyi terlebih dahulu telah dimomokkan kepadanya maklumat yang negatif tentang Islam sebelum beliau mendapat penjelasan sebenar yang diberikan oleh ‘Abdullah bin Abi Rabi’ah dan ‘Amr bin al – ‘As dengan tomahan mereka: Wahai tuanku, sesungguhnya telah tiba di negara tuanku dari negara kami segolongan manusia yang selekeh. Mereka telah memecah – belahkan agama kaum mereka dan tidak akan menganut agama tuanku. Mereka datang ke sini membawa agama mereka ciptaan mereka sendiri. Kami tidak mengetahui agama yang dibawa itu dan begitu juga tuanku…”


Pembesar – pembesar an – Najasyi pula menyampuk: “Wahai tuanku kaum mereka lebih faham tentang mereka. Lebih mengerti tentang keburukan mereka. Oleh itu, serahkan mereka semua kepada mereka berdua biar mereka uruskan agar mereka pulang ke negara dan kaum mereka”.

Keadaan sebegini memerlukan kepada uslub yang sesuai untuk berdakwah mempertahankan yang hak dan menolak yang batil. Jika pendakwah – pendakwah ini gagal menyatakan sesuatu yang hak menurut uslub yang sesuai maka akan besarlah padahnya.


An – Najasyi berpaling kepada kumpulan umat Islam itu dan bertanya dalam uslub ‘ilmu: “Bagaimana keadaan kamu sebelum datang agama ini?


Ja’far bin ‘Abdul Mutholib tampil ke hadapan memberikan penjelasan. “Tuanku, kami adalah kaum yang jahil. Cari hidup kami menyembah berhala, makan bangkai, melakukan perkara – perkara keji, menyakiti jiran, yang kuat menindas yang lemah sehinggalah datang agama kami membaiki (keadaan) kami”.


An – Najasyi bertanyakan tentang ‘Isa a.s (kerana beliau beranggapan Islam menghina ‘Isa dengan mengatakan ‘Isa adalah hamba). Jawab Ja’far r.a: “Islam memberitahu kami dengan firman Allah:


“(Nabi Isa) Al-Masih tidak sekali-kali enggan dan angkuh daripada menjadi hamba bagi Allah, demikian juga (sikap) malaikat Yang sentiasa berdamping (dengan Allah). dan sesiapa Yang enggan dan angkuh daripada beribadat (menyembah dan memperhambakan diri) kepada Allah, serta ia berlaku sombong takbur, maka Allah akan menghimpunkan mereka semua kepadaNya”.(Surah an – Nisaa’: 172)


An – Najasyi bertanya lagi pandangan Islam terhadap ‘Isa. Ja’far menjelaskan dengan membaca surah Maryam yang menerangkan di dalamnya perihal kelahiran ‘Isa tanpa bapa dan dipertikaikan oleh kaumnya. ‘Isa a.s ketika masih di dalam buaian berkata – kata kepada kaumnya dengan mengatakan bahawa dia adalah hamba Allah yang akan diturunkan al – Kitab (Injil) kepadanya dan akan menjadi nabi.


Setelah mendengar penjelasan yang begitu tepat lagi menusuk hati, an – Najasyi menangis sehingga basah janggutnya. Katanya: “Agama Islam dan agama yang dibawa oleh ‘Isa adalah datang dari sumber yang sama. Beliau mengambil sebatang kayu dan membuat garisan di atas tanah seraya berkata: “Agama aku dan agama kamu amat hampir. Pemisah kita adalah garisan yang halus ini”. Kerana itu, umat Islam diberi jaminan keselamatan tinggal di negara Habsyah dengan damai.

3.1.2 Uslub al-Latf wa al-Layn (Pendekatan lembut dan lunak)

Berlembut dan lunak pada tempat yang sewajar dan sebetulnya merupakan bukti kebijaksanaan seorang pendakwah. Begitu juga keadaan berkeras pada tempatnya merupakan suatu cara berhikmah. Jelas dinyatakan dalam al Quran yang mengisahkan tentang nabi Musa a.s dan nabi Harun ketika mereka diperintahkan mengajak Fir’aun kepada agama Allah SWT:

“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya ia telah melampaui batas dalam kekufurannya. Kemudian hendaklah kamu berkata kepadanya dengan kata-kata yang lembut, semoga ia beringat atau takut”. (Surah Thoha: 43-44)

Tersingkap juga melalui beberapa kisah Rasulullah SAW yang menggunakan pendekatan berlembah lembut ini. Antaranya ialah kisah seorang Badwi masuk ke dalam masjid dan membuang air kecil. Para sahabat yang melihat perbuatan tersebut berasa amat marah dan mengasarinya bagi memberi pengajaran kepadanya. Rasulullah SAW segera bertindak mententeramkan keadaaan tersebut dan mendekati Badwi tersebut dengan lemah lembut seraya bersabda:

“Sesungguhnya masjid tidak elok digunakan seperti yang anda lakukan, malah ianya digunakan untuk berzikir dan berdoa”.

Badwi tersebut beredar dengan baik di samping berkata: “Ya Allah, kasihanilah aku dan Muhammad, dan janganlah Engkau kasihi selain dari kami walau seorang sekalipun”.

Uslub ini juga dikenali sebagai uslub al – Maddarah. Kata Ibn Battol: “Al – Maddarah adalah dari akhlak mukminin iaitu bersopan dengan manusia, berlemah lembut dalam percakapan, jauhkan dari kekerasan, yang demikian itu salah satu kekuatan untuk menambat kasih sayang sesama manusia”.

Metodologi ini boleh juga diteliti melalui ayat Allah SWT:

“Maka dengan rahmat dari Allah kamu menjaadi lembut lunak dengan mereka. Kalau kasar dan berkeras hati nescaya mereka akan lari dari kamu”.

3.1.3 Uslub al-Quwwah wa as-Shiddah (Pendekatan kekuatan dan kekerasan)

Manusia diciptakan Allah dengan pelbagai rupa, akhlak dan budi bicara. Oleh itu, dakwah perlu dipelbagaikan uslubnya. Hikmah tidak semestinya berlemah lembut. Adakalanya berlaku kuat dan kasar juga merupakan hikmah.

Pendekatan ini dapat dilihat dari pengertian jihad pada zaman awal Islam. Setelah pendekatan lemah lembut tidak memberi kesan, malah umat Islam masih ditindas dan diperangi sehingga merasakan kota Madinah tidak selamat lagi didiami, maka Allah turunkan ayat ini:

“Diizinkan berperang bagi orang-orang (Islam) yang diperangi (oleh golongan penceroboh, kerana sesungguhya mereka telah dianiaya”. (Surah al-Haj:39)

Dan terdapat banyak lagi ayat-ayat Quran yang menerangkan tentang uslub ini yang mana ianya digunakan mengikut kesesuaian masa-masa tertentu dan ditangguhkan pada masa yang tidak diperlukan. Pendekatan ini tidak diaplikasikan oleh baginda ASW ketika zaman permulan Islam di Mekkah. Uslub yang keras digunakan hanya apabila uslub yang lembut dan mengalah tidak memberi kesan. Kekerasan pada zaman tersebut bukanlah bermaksud dengan menggunakan senjata. Ianya adalah dengan menggunakan lidah dengan kata-kata yang tegas sehingga mampu menusuk hingga ke hati.

Namun perlu diingatkan, adalah lebih baik jika tidak keterlaluan. Cukup hanya sekadarnya kerana kita sebagai umat Islam adalah umat yang sederhana dan bencikan sikap ghulu (melampau).

3.2 Uslub Kedua: Al – Mau’izoh al - Hasanah

Uslub al – Mau’izoh al – Hasanah merupakan uslub al – Qur’an (method Rabbani) yang perlu diberikan perhatian. “Al – Mau’izoh itu asalnya adalah merujuk kepada kata – kata yang boleh melunakkan sanubari yang mendengar sebagai persediaan untuk melakukan kebaikan bagi menghayatinya” . Firman Allah SWT:

“Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan Yang baik, Iaitu bagi orang yang sentiasa mengharapkan (keredaan) Allah dan (balasan baik) hari akhirat, serta ia pula menyebut dan mengingati Allah banyak-banyak (dalam masa susah dan senang)”
(Surah al – Ahzab: 21)


Uswatun hasanah dan mau’izaoh hasanah terdapat banyak persamaan. Ibn ‘Athiyyah menyebut: “Mau’izoh hasanah itu merupakan suatu usaha untuk memberikan manusia rasa takut dan mengharap serta melunakkan manusia agar menjadikan ceria dan bersedia untuk menerima nilai – nilai murni”.


Al – Zamakhsyari menyebut: “Sesungguhnya mau’izoh hasanah itu ialah suatu yang tidak asing kepada mereka bahawa kamu menasihati mereka dengan tekad untuk memberi sesuatu yang bermanfa’at kepada mereka”.


Perkara utama dalam uslub ini ialah pendakwah hendaklah mencontohi Rasulullah s.a.w dalam segenap aspek sama ada perkataan, perbuatan, taqrir (persetujuan) , sifat dan tatacara hidup baginda s.a.w. Ianya dilakukanlah mengikut kemampuan kita. Baginda s.a.w bersabda:

“Apabila aku menyuruh kamu melakukan sesuatu perkara, maka lakukanlah perkara itu sekadar yang termampu”.


Suatu contoh yang unggul pernah berlaku ke atas Rasulullah s.a.w yang mungkin sukar dicontohi oleh kita pada hari ini:

“Suatu hari harta rampasan perang (al – Ghanimah) dibawa kepada Rasulullah s.a.w. Setelah dihitung, didapati jumlahnya sebanyak sembilan puluh ribu dirham dilonggokkan semuanya di atas tikar daun tamar. Baginda membahagikan harta itu kepada yang berhak menerima sehingga habis semuanya. Tiba – tiba datang lagi sahabat yang meminta haknya kerana beliau belum mendapat apa – apa. Rasulullah s.a.w bersabda kepadanya: “Pergilah ke kedai yang menjual keperluanmu dan belilah barang – barang itu secara hutang. Katakan kepada tuan kedai itu bahawa aku akan membayar kepadanya”. Mendengar kata – kata itu, Umar bin al – Khattab mencelah dan berkata: “Ya Rasulullah! Mengapa kamu membebankan dirimu sesuatu yang tidak sepatutnya kamu tanggung. Perkara yang sudah selesai, biarkanlah”. Mendengar kata – kata itu air muka Rasulullah s.a.w berubah tanda tidak senang dengan kata – kata Umar r.a lalu tampil seorang lelaki Ansar dan berkata: “Ya Rasulullah teruskan memberi kesanggupan berbelanja kerana Allah yang akan membayarnya nanti”. Mendengar kata – kata itu Rasulullah tersenyum tanda menyukai tindakannya”. (Mustalzimat al – Da’wah al – ‘Asr al – Hadir: 121)

Uswah Hasanah banyak persamaan dengan qudwah hasanah. Pendakwah perlu menunjukkan contoh yang baik untuk diikuti oleh mad’u. Contoh yang baik ini bukan sahaja pada kata – kata dan tingkah laku malah sampai air muka pun perlu diambil kira dengan sentiasa bermuka manis walaupun dalam keadaan marah.


Contohnya Rasulullah s.a.w dalam siri dakwahnya, suatu hari didatangi oleh seorang ‘Arab bengis kepada baginda seraya berkata dengan kasar: “Kamukah yang bernama Muhammad bin ‘Abdullah?”. Jawab Rasulullah dengan lemah – lembut: “Ya, sayalah Muhammad bin ‘Abdullah”. ‘Arab itu bertanya lagi: “Kamukah yang selalu dikatakan pembohong besar?”. Jawab baginda: “Ya, sayalah yang dikatakan oelh kaum saya sebagai pembohong besar tetapi sebenarnya tidak”.Dengan muka yang tenang dan dengan tutur kata yang lembut, ‘Arab itu tiba – tiba berkata: “Muka seperti ini bukan muka seorang pembohong”. Lalu dia bertanya nabi s.a.w: “Apa yang kamu bawa? Cuba terangkan kepadaku” Rasulullah s.a.w menerangkan kepadanya tentang Islam dengan cara yang menarik dan menusuk hati. Akhirnya ‘Arab tadi berkata: “Aku beriman kepadamu dan aku bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi Muhammad itu Pesuruh Allah”.

Seperkara lagi yang amat penting dalam membicarakan uslub al – Mau’izoh al – Hasanah ialah pendakwah hendaklah menjadi model yang realiti, ikhlas dalam perkataan dan perbuatan, bukan hanya pandai bercakap tak serupa bikin. Rasulullah s.a.w menginagtkan kita dengan sabdanya:

“Dari Usamah bin Zaid r.a bahawa Nabi s.a.w telah bersabda: Didatangkan seorang lelaki (pendakwah) pada hari Qiyamah lalu dicampakkan ke dalam api neraka. Api neraka membakarnya hingga ke tali perutnya. Dia terseksa dan berpusing – pusing di dalam neraka seperti keldai berpusing – pusing di tempat kerjanya. Penghuni – penghuni neraka yang lain berkerumun kepadanya lalu mereka bertanya: Apa hal kamu ini? Bukankah kamu yang menyuruh kami melakukan kebaikan dan melarang kami kemungkaran? Jawabnya: Ya, aku menyuruh kamu membuat ma’ruf tetapi aku tidak melakukannya dan aku melarang menjauhi kemungkaran akan tetapi aku melakukannya” . (Riwayat al – Bukhari dan Muslim)


Selalunya berdakwah dengan contoh teladan yang praktikal lebih mendatangkan kesan mendalam daripada dakwah dengan pendekatan yang lain. Semuanya bergantung kepada waqi’ atau keadaan yang mengizinkan sesuatu tindakan yang bakal di ambil.

3.2.1 Uslub al – Murasalah / Cara menulis surat

Contoh baginda SAW menggunakan kaedah pengutusan surat – surat kepada pembesar – pembesar dunia pada zamannya bagi menyeru mereka menerima Islam juga perlu dikaji dan draktikkan. Baginda menyuruh para sahabat r.a untuk menulis surat untuknya dan surat – surat itu kemudiannya di hantar kepada an – Najasyi (raja Habsyah), Kaisar (Raja Parsi), Hiraqqel (Raja Rom), Maqauqis (pembesar Mesir) dan banyak lagi. Ada yang menerima dakwah Islam seperti an – Najasyi, ada yang mengakui kerasulan baginda s.a.w seperti Hiraqqel akan tetapi tidak menerima Islam dan ada yang menentang bahkan mencabar nabi s.a.w seperti Kisra.

Di dalam kitab Minhaj as – Solihin oleh ‘Izz al – Din Baliq ada menyebut bahawa Rasulullah s.a.w pernah meminta sahabat r.a menulis sekurang – kurangnya 33 pucuk surat yang akan dihantar ke dalam negara dan 29 pucuk surat yang akan dihantar ke luar negara. Kesemuanya mengandungi mesej dakwah yang menyeru mereka menerima Islam. Sekiranya tidak, mereka perlu mengiktiraf Islam sebagai agama dan sebuah kerajaan berdaulat di samping membayar jizyah. Sekiranya mereka enggan dan menentang Islam, maka gerakan futuhat (pembebasan) akan dihantar ke negara tersebut sehingga tunduk kepada Islam.

Uslub penulisan surat adalah salah satu cara yang praktikal dan boleh dicontohi. Namun penulisan tidaklah terhad kepada surat sahaja bahkan boleh dimanfaatkan teknologi terkini seperti media cetak, media elektronik, sistem pesanan ringkas (SMS), internet, 3G dan sebagainya. Umat Islam perlu berusaha lebih memandangkan kaum non – Muslim sudah lama mempraktikkan cara ini bagi menyebarkan dakyah batil mereka.


3.3 Uslub Ketiga: Al – Mujadalah


Terdapat 3 istilah yang dikaitkan dengan uslub ini:-

Mujadalah / Mujadilah (Bersoal – jawab)

Muhawarah (Berdialog)

Munazoroh (Berdebat / Berbahas)

Kesemua istilah ini boleh disimpulkan dengan perdebatan atau perbahasan antara dua belah pihak yang berselisih untuk menegakkan kebenaran dan menolak kebatilan dengan hujah – hujah yang bernas dan nyata. (Ma’alim fi manhaj al – Da’wah: 212 – 213)

Di dalam al – Qur’an al – Karim, antaranya Allah SWT menyebut:


“Dan janganlah kamu berbahas dengan ahli Kitab melainkan dengan cara yang lebih baik, kecuali orang-orang yang berlaku zalim di antara mereka; dan Katakanlah (kepada mereka): “Kami beriman kepada (Al-Quran) Yang diturunkan kepada Kami dan kepada (Taurat dan Injil) yang diturunkan kepada kamu; dan Tuhan kami, juga Tuhan kamu, adalah satu; dan kepadaNyalah, Kami patuh dengan berserah diri”. (Surah al – Ankabuut: 46)

“Dan jika mereka mengemukakan bantahan kepadaMu, maka katakanlah: “Allah Amat” mengetahui akan apa yang kamu lakukan”. (Surah al – Hajj: 68)

Dan juga iktibar dari kisah dua orang sahabat di dalam surah al – Kahfi: “Dan berikanlah kepada mereka satu contoh: dua orang lelaki, Kami adakan bagi salah seorang di antaranya, dua buah kebun anggur; dan Kami kelilingi kebun-kebun itu Dengan pohon-pohon tamar, serta Kami jadikan di antara keduanya, jenis-jenis tanaman yang lain. Kedua-dua kebun itu mengeluarkan hasilnya, dan tiada mengurangi sedikitpun dari hasil itu; dan Kami juga mengalirkan di antara keduanya sebatang sungai. Tuan kebun itu pula ada mempunyai harta (yang lain); lalu berkatalah ia kepada rakannya, semasa ia berbincang dengannya: “Aku lebih banyak harta daripadamu, dan lebih berpengaruh dengan pengikut-pengikutku yang ramai”. Dan ia pun masuk ke kebunnya (bersama-sama rakannya), sedang ia berlaku zalim kepada dirinya sendiri (dengan sebab kufurnya), sambil ia berkata: “Aku tidak fikir, kebun ini akan binasa selama-lamanya. Dan Aku tidak fikir, hari kiamat kan berlaku; dan kalaulah Aku dikembalikan kepada Tuhanku (sebagaimana kepercayaanmu) , tentulah Aku akan mendapat tempat kembali yang lebih baik daripada ini. Berkatalah rakannya kepadaNya, semasa ia berbincang dengannya: “Patutkah Engkau kufur ingkar kepada Allah Yang menciptakan Engkau dari tanah, kemudian dari air benih, kemudian ia membentukmu dengan sempurna sebagai seorang lelaki? Tetapi Aku sendiri percaya dan yakin dengan sepenuhnya Bahawa Dia lah Allah, Tuhanku, dan Aku tidak sekutukan sesuatu pun dengan Tuhanku. Dan sepatutnya semasa Engkau masuk ke kebunmu, berkata: (semuanya ialah barang yang dikehendaki Allah)! (tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah)? kalau Engkau memandangku sangat kurang tentang harta dan anak, berbanding denganmu, Maka Mudah-mudahan Tuhanku akan mengurniakan daku lebih baik daripada kebunmu, dan (aku bimbang) Dia akan menimpakannya dengan bala, bencana dari langit, sehinggalah menjadilah kebunmu itu tanah yang licin tandus. Ataupun air kebun itu akan menjadi kering ditelan bumi, maka Dengan yang demikian, Engkau tidak akan dapat mencarinya lagi”. Dan Segala tanaman serta hartabendanya itupun dibinasakan, lalu Jadilah ia membalik-balikkan kedua tapak tangannya (kerana menyesal) terhadap Segala perbelanjaan yang telah dibelanjakannya pada kebun-kebunnya, sedang kebun-kebun itu runtuh junjung-junjung tanamannya; sambil Dia berkata: “Alangkah baiknya kalau Aku tidak sekutukan sesuatupun dengan Tuhanku!” (Surah al – Kahfi: 32 – 42)


Jidal atau dialog di atas meskipun tidak memberi kesan segera kepada yang bongkak dan sombong tadi, tetapi menjadi pengajaran kepada pendakwah – pendakwah hari ini.


Contoh uslub dakwah di atas menunjukkan kepada kita bahawa hujah yang kuat boleh mematahkan lawan dan senjata dakwah ini sudah lama dipraktikkan. Sekiranya penyampaian yang disampaikan oleh pendebat / pembahas baik, maka akan jelaslah kebenaran dan akan luputlah kebatilan. Inilah metod yang digunakan oleh sebahagian pendakwah hari ini seperti Syeikh Ahmad Deedat r.h, anak muridnya Dr. ‘Abdul Karim Zakir Naik dan sebagainya. Penggunaan metod ini sangat ‘ilmiyah dan amat sesuai untuk menarik golongan elit atasan kepada kebenaran Islam.


3.3.1 Uslub Mujadalah dalam politik semasa


Pendekatan ini lebih sesuai dan memberi kesan dalam situasi ini. Namun, perlu diingatkan kepada para pendakwah sekalian bahawa menyediakan diri dengan ‘ilmu pengetahuan yang tinggi dan menguasai isu – isu semasa sangat penting sebelum berdialog mahupun berdebat. Penguasaan dan pemahaman yang jitu terhadap isi kandungan al – Qur’an dan as – Sunnah menjadi keutamaan bagi pendakwah terutama berhadapan dengan lawan yang juga beragama Islam. Apatah lagi sekiranya lawan tersebut seorang tokoh dalam sesuatu bidang agama akan tetapi gemar memutarbelitkan ayat – ayat Allah SWT dan hadith – hadith Rasulullah s.a.w seperti Astora Jabat, kumpulan Sisters in Islam dan sebagainya.


Situasi yang ada hari ini sangat memerlukan pendekatan dialog dan perdebatan. Pada kebiasaannya, pihak lawan akan cuba mengelak dan mencari pelbagai alasan helah untuk menggagalkan mujadalah. Pendakwah Muslim akan beruntung kerana dia dapat menyampaikan dakwahnya secara terang dan jelas di samping mematahkan hujah lawan sekiranya mujadalah diadakan. Jika berlaku sebaliknya, pendakwah tetap mendapat kemenangan percuma.


Pendakwah Muslim khususnya yang melibatkan diri dalam Siyasah as – Syar’iyyah (politik Islam), akan berhadapan dengan pelbagai dugaan, tuduhan dan fitnah yang berniat buruk terhadap kesucian agama Islam sepertimana fitnah golongan yang berfahaman sekularisme yang mengatakan politik perkara yang asing dalam Islam. Maka, pembelaan dan penjelasan terhadap isu seperti ini sangat perlu supaya maruah Islam tidak tercemar dan masyarakat tidak terkeliru dengan dakwaan ini. Cukuplah diterangkan dengan baik tentang konsep Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghafur (Negara yang baik dan mendapat pengampunan Tuhan) yang di sebut oleh al – Mawardi dalam al – Ahkam al – Sultaniyyah yang mengemukakan dalil – dalil yang cukup banyak dan kuat dari al – Qur’an dan as – Sunnah yang membuktikan kewajipan mendirikan negara Islam dan menguruskan alam dengan hidayah Islam sehingga terhapusnya fitnah.

4.0 KESIMPULAN DAN PENUTUP


Sesesorang da’i itu perlu menyediakan dirinya deangan persediaan rapi dan selengkapnya sebelum melangkah ke arena dakwah. Persedian ilmu tentang bentuk-bentuk pendekatan yang telah digariskan oleh Allah SWT dan segala yang dipraktikkan oleh baginda SAW dalah menjadi keperluan yang penting dan perlu diambil perhatian. Tersalah langkah, objektif dakwah akan tersasar malah memberi impak negatif bukan sahaja kepada diri da’i itu sendiri, tetapi juga mad’u dan masyarakat sekelilingnya.


Seorang majikan apabila mengendali dan menguruskan syarikatnya akan sedaya upaya mencari idea untuk memberi kepuasan kepada pekerja di bawahnya di samping memastikan produk/servis yang ditawarkan boleh dipasarkan sebaiknya. Begitu juga pendakwah, haruslah berfikiran kreatif dalam mempelbagaikan pendekatan atau uslub dakwah mereka. Mereka juga hendaklah mengetahui dan mengkaji perihal mad’u (orang yang menerima dakwah) supaya tidak tersalah uslub. Kesilapan tidak memahami kehendak mad’u akan mengakibatkan mesej Islam tidak sampai dan menjauhkan mad’u dengan hakikat Islam.

Rasulullah s.a.w adalah contoh unggul kecemerlangan seorang da’ie. Baginda tidak mengatakan sesuatu melainkan orang yang mendengar ucapannya akan tertarik terhadap mesej baginda. Cukuplah 23 tahun perjalanan dakwah baginda menjadi bukti bahawa penggunaan uslub yang tepat, betul dan mudah berjaya menarik pelbagai kabilah dan kaum menyerah diri kepada agama Allah SWT. Mereka bukan sahaja menerima ‘aqidah Islam bahkan sanggup mempertahankan Islam walaupun harta dan nyawa terpaksa mereka korbankan. Hasilnya, Islam berjaya mendirikan tamadun yang hebat dan kuat bermula pada zaman Rasulullah s.a.w, seterusnya di sambung oleh Khulafa’ ar – Rasyidin, Khilafah Umayyah, Khilafah ‘Abbasiyyah dan Khilafah ‘Uthmaniyyah.


Dakwah perlu diteruskan. Para pendakwah perlu menanamkan sifat sabar yang tinggi dalam dirinya. Sekiranya dakwah mereka dihina dan tidak diterima, janganlah terlintas dalam pemikiran mereka bahawa dakwah mereka telah gagal. Manusia hanya mampu berusaha. Sedangkan hidayah hanyalah dari Allah ‘Azza wa Jal. Kepada – Nyalah kita serahkan segalanya.

Rujukan:

- Ma’alim fi manhaj al – Da’wah

- USLUB DA’WAH (Pendekatan Dalam Berdakwah)

Oleh: Prof. Dato Dr. Harun Din