Sabtu, 11 April 2009

ter untuk nya dan ter untuk ku

sekilas ku memandang wanita mesir....
bahkan hampir setiap ku berjalan tak tentu arah....
aku melihat ada kemiripan dengan dia....
yang membuat aku semakin rindu.......semakin sayang pada nya...
mungkin dia tidak mengetahui seberapa dalam rinduku padanya...
bahkan dia tidak merasakan akan kerinduanku....
mungkin terhalang oleh perasaan yang tidak ada lagi kasih sayang dan cinta...

setiap ku berdoa kepadaNYA...
aku sallu menyampaikan salamku untuk dia...
hujan.....pasir....pepohonan...debu ...batu bahkan menjadi saksi akan ucapan sayangku dan rinduku untuknya...
ku sampaikan kepada bintang salamku untuk dia....
tapi akan kah ia melihat bintang itu dan tersampai salamku!!!...

owh mungkn tidak....
karena aku tahu bahwa rinduq pasti akan diabaikan olehnya
mungkin sudah saatnya diriku untuk melepaskan semua nya dari dia.....
aku perlu waktu agar semua bisa pulih kembali....


owh tuhan...
kenapa q belum bs melepaskan bayangan dia.......
kenapa q belum bs ikhlas ketika dia bersama orang lain...
tp q bs bersabar dalam menahan rasa ini....
owh tuhan...
begitu lemah diri ini ketika ditimpa perasaan hati...
sampai kapankah aku akan terbelenggu oleh perasaan ini...
sudah berbagai cara q lakukan...tapi ia kadang selalu hadir dlm bayangan pikiranq....
yg membuat q semakin rindu dan sedih...

kenapa diriku tidak bisa melepaskan dan mengikhlaskan dia padahal dia sudah tidak ada perasaan lagi terhadap diriku....kenapa.....kenapa sulit sekali ku buka hatiku untuk orang lain.......
padahal ku tahu bahwa DIA akan memberikan dan merencanakan yg terbaik buat ku...
tp kenapa hatiku sulit sekali .....



owh tuhan....
ampuni hambaMU yg lemah dan hina ini
ku ingin sekali berlabuh dalam kehangatan cintaMU....kehatangatan rinduMU........
bantulah aku tuhan...
berikan kekuatan padaku......
agar hidup ini bisa menjadi lebih baik lagi........
ku sadar bahwa aku lemah dan tak berdaya....
aku sdah lalai dariMU ya Allah...............



ampuni hambaMU ini ya Allah
sampaikan salamku untuknya.......lindungi dia...jagai dia.....berikan dia kebahagian....sebagai tulus cintaku padanya.......





saatnya dan q kan berusaha untuk melepaskan dia ....mengikhlaskan dia...
semoga semua penuh hikmah.....



amin ya robbal alamin

Minggu, 22 Maret 2009

dunia dan akhirar


DUNIA DAN AKHIRAT



Allah Swt membagi kehidupan menjadi dua bagian, yakni kehidupan dunia dan akhirat. Apa yang dilakukan manusia di dunia akan berdampak dalam kehidupan akhirat, enak dan tidaknya kehidupan seseorang di akhirat sangat bergantung pada bagaimana ia menjalani kehidupan di dunia ini. Manakala manusia beriman dan beramal shaleh dalam kehidupan di dunia, iapun akan mendapatkan kenikmatan dalam kehidupan di akhirat. Karena itu, ketika seseorang berorientasi memperoleh kebahagiaan dalam kehidupan di akhirat, maka ia akan menjalani kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya sebagaimana yang ditentukan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Ketika manusia berorientasi kepada kehidupan akhirat, bukan berarti ia tidak boleh menikmati kehidupan di dunia ini, hal ini karena segala hal-hal yang bersifat duniawi sangat disukai oleh manusia, karenanya Islam tidak pernah mengharamkan manusia untuk menikmati kehidupan duniawinya selama tidak melanggar ketentuan Allah Swt, apalagi sampai melupakan Allah Swt sebagai pencipta dan pengatur dalam hidup ini. Manusia memang memandang indah segala hal yang bersifat duniawi dan itu wajar-wajar saja selama ia tidak merngabaikan tempat kembalinya, Allah Swt berfirman yang artinya: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan disisi Allahlah tempat kembali yang baik (syurga).(QS 3:14).

HAKIKAT KEINDAHAN.

Muhammad Ali Ash Shabuny di dalam tafsirnya menyebutkan bahwa para ahli tafsir berbeda pendapat tentang siapa yang menjadikan syahwat itu sebagai sesuatu yang indah. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang menjadikan indah adalah syaitan dengan cara membisikkan kepada manusia dan menjadikannya tampak indah dihadapan mereka, lalu mereka condong kepada syahwat itu dan lalai dalam ketaatan kepada Allah Swt, pendapat ini didasari pada firman Allah yang artinya: Dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka (yang salah) lalu menghalangi mereka dari (jalan) Allah, sehingga mereka tidak mendapat petunjuk (QS 27:24).

Pendapat kedua mengatakan bahwa Allah-lah yang menjadikan indah terhadap syahwat sebagai ujian dan cobaan untuk menentukan siapa diantara mereka yang baik perbuatannya, hal ini didasari pada firman Allah yang artinya: Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya agar Kami menguji mereka, siapakah diantara mereka yang terbaik perbuatannya (QS 18:7).

Dua pendapat yang nampak bertolak belakang itu sebenarnya bukan sesuatu yang bertolak belakang. Allah Swt dan Syaitan sama-sama memiliki “kepentingan” dalam kaitan dengan syahwat manusia terhadap hal-hal yang sifatnya duniawi. Allah Swt ingin menguji manusia agar mereka dapat meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah Swt, sedangkan syaitan justeru ingin menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat.

Oleh karena itu, ketika menafsirkan kalimat: “Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini”, Sayyid Quthb dalam Fi Dzilalil Qur’an mengatakan: Ungkapan kalimat ini tidak memiliki konotasi untuk menganggapnya kotor dan tidak disukai. Tetapi ia hanya semata-mata menunjukkan tabiat dan dorongan-dorongannya, menempatkannya pada tempat tanpa melewati batas serta tidak mengalahkan apa yang lebih mulia dan lebih tinggi dalam kehidupan serta mengajaknya untuk memandang ke ufuk lain setelah menunjukkan vitalnya apa-apa yang diingini itu, dengan tanpa tenggelam dan semata-mata bergelimang di dalamnya. Disinilah keistimewaan Islam dengan memelihara fitrah manusia dan menerima kenyataannya serta berusaha mendidik, merawat dan meninggikannya, bukan membekukan dan mematikannya.

Sebagian kalangan sufi menganggap bahwa syahwat merupakan sesuatu yang tercela, karenanya harus dijauhi sehingga mereka cenderung meninggalkan dunia. Padahal bagi seorang muslim, bukan tidak boleh memiliki dan menikmati kehidupan dunia ini, yang penting adalah jangan sampai kehidupan dunia membuat manusia menjadi lupa dan lalai, karena hal itu hanya akan membawa pada kerugian, tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat nanti. Allah Swt berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi (QS 63:9).

Kita memang harus mengakui bahwa syahwat itu bisa positif tapi bisa juga negatif. Kekhawatiran kita kepada hal-hal yang negatif mestinya tidak sampai kita mengharamkannya, disinilah letak pentingnya keshalehan manusia, karena bila segala kenikmatan duniawi itu ada ditangan orang yang shaleh, maka kenikmatan itu akan memberikan kenikmatan yang lebih besar lagi, ni’mal maalu ash shalih, rajulun shaleh. Sedangkan bila suatu kenikmatan berada di tangan orang yang shaleh, hal itu akan sangat membahayakan, tidak hanya membahayakan dirinya, tapi juga membahayakan orang lain. Kehidupan akhirat memang lebih baik, tapi bukan berarti kehidupan dunia ini jelek dan harus dicampakkan, karenanya di dalam surat Al Imran: 15, Allah Swt mengemukakan bahwa ada yang lebih baik dari kesenangan-kesenangan duniawi, ayat tersebut artinya: Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?”. Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) isteri-isteri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya (QS 3:15).

Disamping itu, Allah Swt juga menegaskan tentang tidak haramnya menikmati hal-hal yang bersifat duniawi sebagaimana dalam firman-Nya yang artinya: Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rizki yang baik?”. Katakanlah: “semuanya itu disediakan bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja ) di akhirat. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui (QS 7:32)

SIKAP KEPADA DUNIA.

Dari penjelasan di atas, bisa kita simpulkan bagaimana sikap yang harus kita tunjukkan kepada dunia. Paling tidak, ada sikap positif yang harus kita miliki dalam memandang kehidupan dunia. Pertama, capai segala kenikmatan dunia dengan cara-cara yang baik dan halal, bukan dengan menghalalkan segala cara dalam memperolehnya. Bahkan seandainya untuk mendapatkan kenikmatan itu harus dikejar sampai ke ujung dunia, maka hal itu tidak menjadi masalah, karena Allah Swt memang memerintahkan kepada manusia untuk mencari karunia-Nya, di muka bumi yang amat luas, hal ini terdapat dalam firman-Nya: Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung (QS 62:10).

Kedua, gunakan apa-apa yang sudah kita peroleh dengan cara yang baik dan untuk kebaikan, bukan malah untuk hal-hal yang bisa mendatangkan kerusakan, baik kerusakan diri sendiri, orang lain maupun kerusakan lingkungan hidup tempat kita menjalani kehidupan ini, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan carilah apa-apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS 28:77).

Ketiga, jangan sampai lupa kepada Allah Swt dalam menikmati hal-hal yang bersifat duniawi sehingga menikmatinya tetap dalam kerangka bersyukur dan beribadah kepada Allah Swt, bila itu yang dilakukan, maka kenikmatan duniawi itu akan terasa sedemikian banyak rasa dan manfaatnya meskipun jumlahnya sedikit, Allah Swt berfirman yang artinya: Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih (QS 14:7).

Dengan demikian, apapun yang kita raih dan kita nikmati dalam kehidupan di dunia ini, semua adalah dalam kerangka membekali diri kita untuk kembali kepada Allah Swt dengan amal shaleh yang sebanyak-banyak dan ketaqwaan yang setinggi-tingginya

Detik-detik Rasulullah SAW menjelang sakratul maut


Detik-detik Rasulullah SAW menjelang sakratul maut

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, meski langit telah mulai menguning,burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap.

Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, sunnah dan Al Qur'an. Barang siapa mencintai sunnahku, berati mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Ustman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba.

"Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar.

Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa. Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap diatas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata jibril.

Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada didalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

Lirih Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. "Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan.Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu. Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi

* * *
Betapa cintanya Rasulullah kepada kita. Kirimkan kepada sahabat-2 muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita. Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.

Bahaya Syirik Dan Keutamaan Tauhid


badallah ! Saya wasiatkan kepada Anda sekalian dan juga kepada saya untuk selalu bertaqwa kepada Allah di mana saja kita berada. Dan janganlah kita mati melainkan dalam Islam.
Telah banyak penjelasan yang menerangkan makna taqwa. Di antaranya adalah pernyataan Thalq bin Habib:
إِذَا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ فَأَطْفِئُوهَا بِالْتَّقْوَى. قَالُوْا: وَما الْتَّقْوَى؟ قَالَ: أَنْ تَعْمَلَ بِطَاعَةِ الله عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَرْجُو ثَوَابَ اللهِ وَأنْ تَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ تَخَافُ عِقَابَ اللهِ.
“Apabila terjadi fitnah, maka padamkanlah dengan taqwa”. Mereka bertanya: “Apakah taqwa itu?” Beliau menjawab: “Hendak-nya engkau melaksanakan keta’atan kepada Allah, di atas cahaya Allah, (dengan) mengharap keridhaan-Nya; dan hendaknya engkau meninggalkan kemaksiatan terhadap Allah, di atas cahaya Allah, (karena) takut kepada siksaNya.
Ketaatan terbesar yang wajib kita laksanakan adalah tauhid; sebagaimana kemaksiatan terbesar yang mesti kita hindari adalah syirik.
Tauhid adalah tujuan diciptakannya makhluk, tujuan diutusnya seluruh para rasul, tujuan diturunkannya kitab-kitab samawi, sekaligus juga merupakan pijakan pertama yang harus dilewati oleh orang yang berjalan menuju Rabbnya.
Dengarkanlah firman Allah:
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah (hanya) kepadaKu.” (Adz-Dzaariyaat: 56)
Juga firmanNya:
“Dan tidaklah kami mengutus seorang rasulpun sebelummu melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada yang berhak diibadahi melainkan Aku, maka beribadahlah kepadaKu.” (Al-Anbiya’: 25)
Demikian pula firmanNya:
“Alif laam Raa, (inilah) satu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi, serta dijelaskan (makna-maknanya) yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu. Agar kalian jangan beribadah kecuali kepada Allah. Sesungguhnya aku (Muhammad) adalah pemberi peringatan dan pembawa berita gembira kepada kalian daripadaNya.” (Hud: 1-2)
Allah juga berfirman:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“Ketahuilah, bahwasanya tidak ada ilah yang berhak untuk diibadahi melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagimu dan bagi kaum Mukminin (laki-laki dan wanita).”
Jama’ah sekalian rahimakumullah. Kalau kedudukan tauhid sedemikian tinggi dan penting di dalam agama ini, maka tidaklah aneh kalau keutamaannya juga demikian besar. Bergembiralah dengan nash-nash seperti di bawah ini:
عَنْ عُبَادَةْ بِنْ الصَّامِتْ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَنْ شَهِدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ النَّارَ.
Dari Ubadah bin Shamit Radhiallaahu anhu , ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah (niscaya) Allah mengharamkan Neraka atasnya (untuk menjilatnya).” (HR. Muslim No. 29)
Hadits lain, dari Utsman bin Affan Radhiallaahu anhu , bahwasanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam bersabda:
عَنْ عُثْمَانَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلاَّ الله دَخَلَ الْجَنَّةَ.
“Barangsiapa yang meninggal dunia, sedangkan dia menge-tahui bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah melainkan Dia (Allah) niscaya akan masuk Jannah.” (HR. Muslim No. 25)
Demikian juga sabdanya Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam , kami petik sebagiannya:
وَعَنْ أَبِي ذَرًّ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الله عَزَّ وَجَلَ: وَمَنْ لَقِيَنِيْ بِقُرِابِ الأَرْضِ خَطَايًا لاَ يُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لَقَيْتُهُ بِمِثْلِهَا مَغْفِرَةً.
“Dan barangsiapa yang menemuiKu dengan (membawa) dosa sepenuh bumi sekalipun, namun dia tidak menye-kutukan Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan menemuinya dengan membawa ampunan yang semisal itu.” (HR. Muslim No. 2687)
Demikian pula tidak akan aneh, bila lawan tauhid, yaitu syirik; juga memiliki banyak bahaya yang mengerikan, dimana sudah seharusnya kita benar-benar merasa takut terhadapnya. Diantara bahaya syirik itu adalah sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits Jabir:
عَنْ جَابِرٍ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: جَاء أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ مَا الْمُوْجِبَتَانِ ؟ فَقَالَ: مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ.
“Seorang Arab Badui datang menemui Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam , lalu bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah dua perkara yang pasti itu?” Beliau menjawab: “Barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun, niscaya dia akan masuk Jannah. Dan barangsiapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, niscaya dia akan masuk Neraka”. (HR. Muslim No. 93)
Firman Allah:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) syirik dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki”. (An-Nisa: 48,116)
Firman Allah:
“Dan seandainya mereka berbuat syirik, pastilah gugur amal perbuatan yang telah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88).
Firman Allah:
“Tidaklah pantas orang-orang musyrik itu memakmurkan masjid-masjid Allah, (sedangkan) mereka mengakui bahwa mereka sendiri kafir. Itulah orang-orang yang sia-sia amalan-amalan mereka, dan mereka kekal di dalam Neraka.” (At-Taubah: 17).
Maka merupakan musibah jika seseorang jahil (bodoh) terhadap perkara tauhid dan perkara syirik, dan lebih musibah lagi jika seseorang telah mengetahui perkara syirik namun dia tetap melakukannya. Dengan ini hendaklah kita terpacu untuk menam-bah/menuntut ilmu sehingga bisa melaksanakan tauhid dan menjauh dari syirik dan pelakunya.
وَ اللهَ نَسْأَلُ أَنْ يَرْزُقَنَا عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً، وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
Khutbah kedua:
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُّضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِمًا. أَمَّا بَعْدُ:
Hadirin jama’ah Jum’at Arsyadakumullah,
Tatkala kita membicarakan masalah syirik, janganlah kita menganggap bahwa syirik itu hanya ada di kalangan orang-orang Yahudi, Nashrani, Hindu, Budha, Konghuchu dan lain-lain. Sedangkan kaum Muslimin sendiri dianggap sudah terbebas dari dosa ini. Padahal tidaklah demikian. Banyak juga kalangan kaum Muslimin yang tertimpa dosa sekaligus penyakit ini, baik sadar maupun tidak. Karena makna atau pengertian syirik adalah: mempersekutukan peribadatan kepada Allah; yakni memberikan bentuk-bentuk ibadah yang semestinya hanya dipersembahkan kepada Allah, namun dia berikan kepada selain-Nya. Baik itu kepada para malaikat, nabi, orang shalih, kuburan, patung, matahari, bulan, sapi dan lain sebagainya. Sedangkan bentuk-bentuk ibadah (yang dipersembah-kan) kepada selain Allah itu bisa berupa: Do’a, berkurban, nadzar, puncak kecintaan, puncak rasa takut dan lain-lain.
Saudara-saudaraku fillah, pada khutbah kedua di sini, sengaja kami ringkaskan sebagian keutamaan tauhid sebagaimana yang telah dibahas pada khutbah yang pertama:
Diharamkannya Neraka itu bagi kaum Muwahhidin (Ahli Tauhid). Kalaupun mereka masuk Neraka, mereka tidak akan kekal di dalamnya.
Dijanjikannya mereka untuk masuk Jannah.
Diberikan kepada mereka ampunan dari segala dosa.
Sedangkan di antara bahaya-bahaya syirik adalah:
Diancamnya orang yang melakukan syirik akbar untuk masuk Neraka dan kekal di dalamnya.
Tidak akan diampuni dosanya itu selama ia belum bertaubat.
Gugurlah amal perbuatannya.
Syirik adalah perbuatan dzalim yang terbesar.
Inilah yang dapat kami berikan. Fa’tabiru ya ulil albab.
إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلَّونَ عَلَى الَّنِبْيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُواْ رَبَّنَا إِنَّكّ رَؤُوْفُ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ عِلْمًا نًافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبِلاً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يِوْمِ الدِّيْنِ

belajar dari sebuah kehilangan


Renungan dan nasehat ini terutama untuk diri saya pribadi.

Setiap manusia pasti pernah mengalami kehilangan dalam hidupnya entah itu berupa harta benda, teman, pasangan (suami-isteri), saudara atau bahkan pada akhirnya jiwanya.

Saya mencoba merenung, apakah kehilangan hanya sekedar sesuatu hal yang terjadi tanpa hikmah atau adakah sebuah pelajaran yang bisa ditarik ketika hal tersebut terjadi? Setelah merenung sejenak akhirnya saya merasa takjub dengan besarnya pelajaran yang dapat diambil dari kehilangan. Berikut adalah pelajaran-pelajaran yang dapat saya tarik dari kehilangan:

1. Mengajarkan bahwa dunia itu semu
Dunia itu fana. Alam materi yang saat ini kita rasakan tidaklah kekal. Harta, Jabatan, Usaha, Pasangan, Saudara, Semua. Hanya masalah waktu saja sebelum kehilangan itu terjadi. Betapa keras usaha kita untuk mempertahankannya suatu saat pasti akan juga hilang dari genggaman. Dengan menyadari dunia itu semu, sudah semestinya kita mengejar sesuatu yang kekal: Akhirat!

2. Mengajarkan tentang Siapa Pemilik Sejati
Kehilangan mengajarkan kepada kita bahwa apa-apa yang kita miliki sekarang ini sebenarnya bukanlah milik kita. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Semua berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya. Dialah Pemilik semua yang ada di langit dan di bumi. Apa yang ada pada kita sekarang ini adalah titipan. Benar-benar titipan! Kalau itu milik kita, maka bukankah seharusnya kita dapat mempertahankannya agar ia tidak hilang?

Dengan menyadari bahwa semua yang ada pada kita adalah titipan (amanah) dari Allah maka ketika titipan tersebut diambil oleh Allah kita akan merasa lebih lapang dada.

3. Mengajarkan kita untuk bersyukur
Kadang kita baru menyadari betapa berharganya sesuatu atau seseorang bagi diri kita ketika ia hilang. Namun apakah kita akan menunggu sampai sesuatu atau seseorang tersebut itu hilang untuk menyadari bahwasanya mereka begitu berarti? Itu pilihan kita masing-masing.

Selanjutnya, setelah kita menyadari akan berharganya sesuatu atau seseorang maka hendaknya kita bersyukur. Jika kita masih memiliki orangtua maka bersyukurlah dengan berbuat baik dan berbakti kepada keduanya. Jika kita masih memiliki saudara maka bersyukurlah dengan memperhatikannya. Jika kita masih memiliki anak maka bersyukurlah dengan merawat dan mendidiknya. Karena kita tidak pernah tahu sampai kapan kita akan bisa terus bersama mereka.

Kemudian jika kita masih memiliki anggota tubuh yang lengkap maka bersyukurlah dengan menggunakannya untuk beramal baik pada setiap kesempatan. Cobalah untuk membayangkan jika besok kita kehilangan mata kita? kira-kira apa yang akan kita lakukan sekarang? Akankah kita berleha-leha atau menggunakannya untuk melihat hal-hal yang buruk atau sebaliknya? Mungkin ketika kita menjadi buta barulah kita akan berkata "seandainya aku masih bisa melihat sekarang maka aku pasti akan membaca Al Quran setiap hari walau satu ayat."

Dengan mengingat bahwa apa yang kita punyai tidak kekal maka kita (seharusnya) akan senantiasa bersyukur dengan berbagai cara selagi kita masih memilikinya.


4. Peringatan
Saya pernah membaca sebuah kisah nyata. Ada seseorang yang menabung untuk naik haji. Lalu, ketika uang sudah terkumpul cobaan datang. Ia ditawari oleh seseorang untuk menanamkan modal dalam suatu bidang usaha yang keuntungannya begitu menggiurkan. Akhirnya uang yang tadinya diniatkan untuk membiayai ongkos naik haji tersebut malah dipakainya untuk investasi. Karena ia berpikir jika nanti ia mendapat keuntungan dari usaha tersebut maka uangnya bisa dipakai juga untuk ongkos naik haji. Namun, tidak lama berselang usaha tersebut habis terbakar.

Jadi ternyata kehilangan juga bisa menjadi suatu peringatan akan kekhilafan yang kita lakukan.

5. Cobaan
Kehilangan tak jarang merupakan suatu cobaan yang dapat menghapuskan dosa-dosa jika kita bersabar.

Tidaklah sekali-kali seorang mukmin tertimpa kesulitan, kecemasan, kepayahan, dan kesedihan hingga duri yang menusuknya, melainkan Allah menghapuskan karenanya sebagian dari dosa-dosanya (HR. Bukhari dan Muslim)

Adakah pelajaran lain yang anda tangkap dari "sebuah kehilangan?"

Sabtu, 07 Maret 2009

Membuka Pintu Hati

Membuka Pintu Hati

Sekelompok orang yang baru saja meninggal mendapatkan diri mereka sedang berdiri antre di depan gerbang akhirat. Sambil menunggu pengadilan Illahi, mereka mulai menanyai diri mereka sendiri mengenai perilaku mereka di dunia.

''Apakah dulu aku menjadi orang tua yang baik?'' ''Apakah aku berhasil mencapai sesuatu yang berharga dalam hidupku?'' ''Apakah aku rajin beribadah sepanjang malam?'' ''Apakah aku cukup berderma kepada fakir miskin?'' Dan, ketika akhirnya mereka sampai di gerbang, semua jiwa itu dihadapkan hanya pada satu pertanyaan, ''Seberapa besar kamu dulu mengasihi?''

Mengasihi orang lain adalah langkah pertama dari perjalanan panjang masuk ke dalam diri. Perjalanan ke dalam diri memang tak mudah. Banyak orang menyerah ketika baru memulainya. Kesibukan sehari-hari sering menjadi alasan. Tapi, penyebab sebenarnya bukan itu. Persoalan sebenarnya adalah pintu hati kita yang tertutup, bahkan terkunci. Ini membuat telinga kita tak mendengar dan mata kita tak melihat. Kita tak akan pernah dapat memulai perjalanan sebelum menemukan kuncinya, yaitu ''cinta dan kasih Sayang.''

Tanpa adanya rasa cinta pada sesama, pintu-pintu gerbang menuju kesadaran yang terdalam tak akan pernah terbuka. Agama-agama besar di dunia sebenarnya memiliki pesan tunggal: kasih sayang. Bahkan, Tuhan selalu dilukiskan sebagai Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dengan bahasa yang berbeda semua agama selalu mengatakan: ''Sayangilah orang lain! Anda belum beriman sebelum mampu menyayangi orang lain sebagaimana Anda menyayangi diri Anda sendiri.''

Pernyataan diatas sungguh dahsyat! Ini benar-benar menjelaskan bahwa ukuran kemajuan spiritual Anda bukanlah pada seberapa rajinnya Anda beribadah kepada Tuhan. Esensi keberagamaan tidaklah ditentukan oleh banyaknya ruku dan sujud yang Anda lakukan, tetapi pada seberapa besar Anda mengasihi orang lain. Belajar mengasihi adalah sasaran kehidupan spiritual.

Salah satu cara praktis untuk mengembangkan sikap cinta kasih adalah dengan mulai menyadari akan penderitaan. Sadar akan penderitaan -- entah itu penderitaan kita sendiri atau penderitaan orang lain -- akan membuat hati kita melunak.

Mari kita mulai dengan sebuah cerita. Di sebuah SD seorang guru bertanya pada murid-muridnya, ''Siapa yang sudah sarapan pagi ini?'' Kira-kira separo murid mengacungkan tangan. Guru itu kemudian bertanya kepada anak-anak yang tidak mengacungkan tangan, ''Mengapa kalian tidak sarapan?'' Sebagian menjawab tak sempat karena sudah terlambat. Sebagian lagi mengatakan belum merasa lapar, ataupun tak menyukai sarapan yang disajikan.

Semua memberikan jawaban senada kecuali satu anak. ''Karena,'' jawabnya, ''Sekarang bukan giliran saya.'' ''Bukan giliranmu?'' tanya sang guru. ''Apa maksudmu?'' ''Dalam keluarga kami ada empat anak,'' ujarnya, ''Tapi, ayah tak punya cukup uang untuk membeli makanan supaya tiap orang bisa sarapan setiap hari. Kami harus bergiliran dan hari ini bukan giliran saya.''

Apa yang Anda rasakan ketika membaca kisah ini? Bagaimana pula perasaan Anda membaca berita mengenai Haryanto (12 tahun) yang hampir tewas gantung diri di rumahnya. Ia putus asa karena orang tuanya tak mampu memberikan uang untuk tugas sekolahnya. Padahal uang yang dimintanya hanya Rp 2500!

Orang-orang seperti ini ada di sekitar kita. Tapi, kadang-kadang kita tak bisa melihatnya karena mata kita tertutup. Yang sebenarnya tertutup adalah mata hati kita. Ini bisa terjadi karena hati kita dipenuhi oleh ego dan kepentingan kita sendiri. Kita terlalu banyak tertawa dan sibuk bergaul dengan orang-orang berpunya. Ini membuat hati kita tertutup.

Untuk menjalankan cinta kasih kita perlu memulai dengan mencintai diri kita, kemudian orang-orang terdekat kita. Lihatlah mereka dengan hati Anda. Bukankah orang tua Anda adalah orang yang rela mengorbankan hidupnya bagi Anda? Bukankah pasangan Anda adalah orang yang telah memilih menyerahkan hidupnya kepada Anda? Bukankah anak-anak Anda sangat mengagumi Anda dan merindukan kebersamaan dengan Anda? Bukankah pembantu Anda adalah orang miskin yang mengabdikan hidupnya untuk melayani Anda? Teruslah perluas dengan mengamati orang-orang di sekitar Anda. Mereka semua memiliki penderitaan dan tantangan masing-masing.

Seorang bijak pernah mengatakan, ''Ketika kamu melihat dirimu tidak berbeda dari orang lain, ketika kamu merasakan apa yang mereka rasakan, lalu siapa yang bisa kamu sakiti?'' Inilah cara menumbuhkan cinta. Kita semua sama karena itu jangan pernah menilai orang dari penampilan fisiknya. Tubuh bukanlah diri kita yang sebenarnya tetapi hanya sekadar 'sangkutan' dari jiwa. Jiwa itulah esensi manusia yang sejati.

Tapi, merasakan baru merupakan permulaan cinta. Cinta yang sebenarnya haruslah diwujudkan dengan memberikan sesuatu kepada orang lain. Ukuran cinta adalah pemberian, sekecil apapun bentuknya. Ibu Theresa pernah mengatakan, ''Yang penting bukan seberapa besar yang kita perbuat, melainkan seberapa besar cinta kasih yang kita sertakan dalam perbuatan kita.''

Oleh: Arvan Pradiansyah, penulis buku You Are A Leader!
e-mail: kepemimpinan@republika.co.id
faksimile: 021-7983623

ISI HATI PARA MUSLIMIN PADA PARA MUSLIMAT...

Kami sulit menahan pandangan mata kami
ketika melihat kalian,
apalagi jika kalian diamanahkan ALLAH
kecantikan dan postur yang ideal,
kami semakin susah untuk menolak agar
tidak melihat kalian,
kerana itu lebarkanlah pakaian kalian,
dan tutupilah rambut hingga ke dada
kalian dengan kerudung yang membentang.

Kami juga sulit menahan pendengaran
kami ketika berbicara dengan kalian,
apalagi jika kalian diamanahkan
oleh ALLAH suara yang merdu dengan
irama
yang mendayu,
kerana itu tegaskanlah
suara kalian,
dan berbicaralah seperlunya.

Kami juga sulit menahan
bayangan-bayangan hati kalian,
ketika kalian dapat menjadi
tempat mencurahkan isi hati kami,
waktu luang kami akan sering terisi
oleh
bayangan-bayangan kalian,
kerana itu janganlah kalian membiarkan
kami menjadi curahan hati bagi kalian.

Kami tahu kami paling lemah bila harus
berhadapan dengan kalian,
Kekerasan hati kami dengan mudah bisa
luluh hanya dengan senyum kalian,
Hati kami akan bergetar ketika
mendengar kalian menangis,
Sungguh ALLAH telah memberikan amanah
terindah kepada kalian,
maka jagalah jangan sampai ALLAH murka
dan memberikan keputusan.

Maha Besar ALLAH yang tahu akan
kelemahan hati kami,
hanya dengan ikatan yang suci dan yang
diredhoi-Nya kalian akan halal bagi
kami.

"Lalu apa yang telah aku lakukan selama
ini...
Ya Rabb...tolong ampuni aku...untuk
setiap pandangan yang tak terjaga,
lisan yang merayu dan hati yang tak
terhijab...
Ya Rabb...Engkau mengawasi kami tiap
detik,
kerana kasih sayangMu kepada kami
engkau perintahkan malaikat silih
berganti menemani kami siang dan
malam..."

doa ibu untukmu

Ya Ghaffar, ya Rahim
Kau letakkan di rahim kami anak-anak negeri ini
Kau amanatkan diri-diri mereka pada lindungan kasih-sayang kami
kau percayakan jiwa-jiwa mereka pada bimbingan ruhani kami
Kau hangatkan tubuh-tubuh mereka dengan dekapan cinta kami
Kau besarkan badan-badan mereka dengan aliran air susu kami

Tuhan kami, kami telah sia-siakan kepercayaan-Mu
kesibukan telah menyebabkan kami melupakan amanat-Mu
hawa nafsu telah menyeret kami untuk menelantarkan buah hati kami
tidak sempat kami gerakkan bibir-bibir mereka untuk berzikir kepada-Mu
tidak sempat kami tuntun mereka untuk membesarkan asma-Mu
tidak sempat kami tanamkan dalam hati mereka kecintaan kepada Nabi-Mu

Kami berlomba mengejar status dan kebanggaan
meninggalkan anak-anak kami dalam kekosongan dan kesepian

Kami memoles wajah-wajah kami dengan kepalsuan
membiarkan anak-anak kami meronta dalam kebisuan

Kami terlena memburu kesenangan
sehingga tak kami dengar lagi mereka menangis manja
sambil memandang kami dengan pandangan cinta
seperti dulu, ketika mereka mengeringkan air mata mereka
dalam kehangatan dada-dada kami

Dosa-dosa kami telah membuat anak-anak kami
menjadi pemberang, pembangkang, dan penentang-Mu

Dosa-dosa kami telah membuat hati mereka
keras, kasar, kejam, dan tidak tahu berterima kasih

Sebelum Engkau ampuni mereka, Ya Allah
ampunilah lebih dahulu dosa-dosa kami

Ya Allah, berilah kami peluang untuk mendekap tubuh mereka
dengan dekapan kasih sayang kami
berilah kami waktu untuk melantunkan pada telinga mereka
ayat-ayat Alquran dan Sunnah Nabi-Mu

Berilah kami kesempatan untuk sering menghadap-Mu
dan memohon kepada-Mu seusai salat kami
untuk keselamatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan anak-anak kami

Bangunkan kami di tengah malam untuk merintih kepada-Mu
mengadukan derita dan petaka yang menimpa anak-anak negeri ini.
Izinkan kami membasahi tempat sujud kami
dengan air mata penyesalan akan kelalaian kami

Ya Allah, ya Jabbar, ya Ghaffar
Anugerahkan kepada para pemimpin kami kearifan
untuk mendidik anak-anak negeri ini dalam kesalehan
Berikan kepada mereka petunjuk-Mu
sehingga mereka menjadi suri teladan bagi kami dan anak-anak kami

Limpahkan kepada mereka perlindungan-Mu
supaya mereka melindungi kami dengan keadilan-Mu
Jauhkan mereka dari kezaliman
sehingga kami dapat mengabdi-Mu dengan tentram dan aman

Ya Rahman, ya Rahim
Indahkan kehidupan kami dengan kesalehan anak-anak kami
Peliharalah anak-anak kami yang kecil
Kuatkanlah anak-anak kami yang lemah
Sucikan kalbu mereka
Bersihkan kehormatan mereka
Sehatkan badan mereka
Cerdaskan akal mereka
Indahkan akhlak mereka
Gabungkanlah mereka bersama orang-orang yang bertakwa kepada-Mu
yang mencintai Nabi-Mu, keluarganya yang suci, dan sahabatnya yang mulia
yang berbakti kepada orangtuanya
yang bermanfaat kepada bangsanya
yang berkhidmat kepada sesama manusia

Wahai Zat yang nama-Nya menjadi pengobat
yang sebutan-Nya penyembuhan
yang ketaatan-Nya kecukupan
sayangi kami yang modalnya hanya harapan
dan senjatanya hanya tangisan
Kabulkanlah doaku Ya Allah.
Hadiah Cinta Seorang Ibu
submitted by : unknow (taken from message board)
sumber : Message board



``Bisa saya melihat bayi saya?`` pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.

Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, ``Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk
aneh.`` Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, ``Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?`` Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. ``Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya,`` kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, ``Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia,`` kata sang
ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya.

Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, ``Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya.`` Ayahnya menjawab, ``Ayah
yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu.`` Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, ``Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini.``

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru
saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah.... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. ``Ibumu pernah berkata bahwa ia
senang sekali bisa memanjangkan rambutnya,`` bisik sang ayah. 'Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?'

Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak
pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

untaian hati penuh kerinduan

ya Allah...ampuni segala dosa yg hamba perbuat
ya Allah ampuni hamba jikala hamba menzdholimi hamba lain-MU
ya Allah sampaikan salam maaf hamba pada mereka yg hamba zholimi
ya Allah hamba takut akan azabMU
ya Allah ku mohon lindungan ENKAU tuk mereka yg hamba zdolimi
ya Allah ku mohon jangan biarkan hamba dalam jalan yg sesat
ya Allah janganlah KAU biarkan hamba hidup dalam kehinaan
ya Allah ampuni hamba nabiMU Muhammad...sayangi hamba nabiMU..berikan pertolongan pada mereka

ya Allah kepada siapa lg hamba akan mengadu kecuali kepada ENGKAU yang menciptakan hamba dan alam semesata alam ini
ya Allah ku mohon lindungin kami dr azabMU
tabahkan kami dalam ujian,cobaanMU
berikan kami hidayahMU
ya Allah...ku mohon berikan hamba wanita yg baik pekerti..wanita yg sholehah yg membw hamba pada keridhoanMU yang selalu menjaga kehormatannya menjaga harta suaminya
ya Allah
berikan kami kekuatan untuk menjalani kehidupan ini
ya Allah jadikan hamba seorang yg mukhlis dalam segala takdirMU
ya Allah jadikan hamba seorang yg mukmin yg baik pekertinya
ya Allah berikan rahmatMU pada kami...hidayahMU pada kami..pertolonganMU pada kami
ya Allah sungguh ENGKAU MAha Pengasih Penyayang Maha segala-galanya
ya Allah berikan kami cahayaMU
ya Allah biarkan lidah hamba ini selalu menyebut namaMU ya Allah ya robby
ya Allah jangan KAU biar kan darah ini mengalir dengan haramnya suatu yg hamba makan dan hamba perbuatan
ya Allah jangan KAU biarkan anggota tubuh hamba menyentuh yg haram
ya Allah jangan KAU biarkan anggota tubuh hamba ini menyakiti hamba lainmu kecuali dalam HAK
ya Allah antal ghofur anta rohim anta
aziz
ya Allah jangan KAU biarkan hamba mati dalam kehinaan
ya Allah lapangkanlah dada hamba
ya Allah hamba yakin akan kekuasanMU hamba percaya akan adanya rahasiaMU yg tidak dapat hamba ketahui maka berikan kekuatan pada hamba
ya Allah hamba MU yg hina memohon atas kebaikan MU didunia ini dan diakhirat
ya Allah berikan cahaya ilmu MU..cahaya hidayahMU
ya Allah jangan KAU biarkan kedengkian ini timbul dalam hati hamba
ya Allah berikan hamba kekuatan pada pandangan mata hamba ini
ya Allah biarkanlah airmata hamba mengalir karena akan cinta dan takutnya hamba padaMU yaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ALLAH

ya Allah jangan kau biarkan hamba termasuk orang2 yg tidak mensyukuri akan nikmatMU,masukanlah hamba dalam hamba-hambaMU yang bersyukur

ya Allah ampuni dosa hamba ya Allah hamba telah buat seseorang sakit hati karena hamba
ya Allah kumohon kumohon kumohon akan belasan kasih sayangMU pada hamba
ya Allah jadikan hamba tuk lebih baik lg
ya Allah jadikan hamba insan yg selalu dekat padaMU
ya Allah ya Allah ya Allah
ingin sekali hamba bertemu denganMU dengan membawa kebaikan padaMU
ya Allah ya Allah ya Allah
beri kekuatan pada hamba tuk selalu dalam keitiqomahan padamu
ya Allah ya Allah begitu banyak nikmat yg KAU berikan tp hamba terkadang lalai dalam mensyukuri nikmatMU ampuni hamba ya Allah
ya Allah
ya Allah
ku bersaksi tiada tuhan selainMU ya Allah
dan MUhammad utusanMU

penyejuk hati

Assalamu'alaikum. .

Semoga bisa menyejukkan hati kita, yang terkadang gersang ..


Betapa indahnya sekiranya kita memiliki qolbu yang senantiasa tertata, terpelihara, terawat dengan sebaik-baiknya. Ibarat taman bunga yang pemiliknya mampu merawatnya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Alur-alur penanamannya tertata rapih. Pengelompokan jenis dan warna bunganya berkombinasi secara artistik. Yang ditanam hanya tanaman bunga yang memiliki warna-warni yang indah atau bahkan yang menyemerbakan keharuman yang menyegarkan.

> > >

> > > Rerumputan liar yang tumbuh dibawahnya senantiasa disiangi. Parasit ataupun hama yang akan merusak batang dan daunnya dimusnahkan. Tak lupa setiap hari disiraminya dengan merata, dengan air yang bersih. Tak akan dibiarkan ada dahan yang patah atau ranting yang mengering.

> > >

> > > Walhasil, tanahnya senantiasa gembur, tanaman bunga pun tumbuh dengan subur. Dedaunannya sehat menghijau. Dan, subhanallah, bila pagi tiba manakala sang matahari naik sepenggalah, dan saat titik-titik embun yang bergelayutan di ujung dedaunan menangkap kilatan cahayanya, bunga-bunga itu, dengan aneka warnanya, mekar merekah. Wewangian harumnya semerbak ke seantero taman, tak hanya tercium oleh pemiliknya, tetapi juga oleh siapapun yang kebetulan berlalu dekat taman. Sungguh, alangkah indah dan mengesankan.

> > >

> > > Begitu pun qolbu yang senantiasa tertata, terpelihara, serta terawat dengan sebaik-baiknya. Pemiliknya akan senantiasa merasakan lapang, tenteram, tenang, sejuk, dan indahnya hidup di dunia ini. Semua ini akan tersemburat pula dalam setiap gerak-geriknya, perilakunya, tutur katanya, sunggingan senyumnya, tatapan matanya, riak air mukanya, bahkan diamnya sekalipun.

> > >

> > > Orang yang hatinya tertata dengan baik tak pernah merasa resah gelisah, tak pernah bermuram durja, tak pernah gundah gulana. Kemana pun pergi dan dimana pun berada, ia senantiasa mampu mengendalikan hatinya. Dirinya senantiasa berada dalam kondisi damai dan mendamaikan, tenang dan menenangkan, tenteram dan menenteramkan. Hatinya bagai embun yang menggelayut di dedaunan di pagi hari, jernih, bersinar, sejuk, dan menyegarkan. Hatinya tertambat bukan kepada barang-barang yang fana, melainkan selalu ingat dan merindukan Zat yang Maha Memberi Ketenteraman, Allah Azza wa Jalla.

> > >

> > > Ia yakin dengan keyakinan yang amat sangat bahwa hanya dengan mengingat dan merindukan Allah, hanya dengan menyebut-nyebut namanya setiap saat, meyakini dan mengamalkan ayat-ayat-Nya, maka hatinya menjadi tenteram. Tantangan apapun dihadapinya, seberat apapun, diterimanya dengan ikhlas. Dihadapinya dengan sunggingan senyum dan lapang dada. Baginya tak ada masalah sebab yang menjadi masalah hanyalah caranya yang salah dalam menghadapi masalah.

untaian hati penuh kerinduan


ya robb........
ampunilah segala dosaku
dosa kedua orangtuaku...
dosa sodara-sodariku.....
lindungilah kami ya Allah

ya robb.....
kuatkanlah jiwa yg rapuh ini agar bisa menata hidup ini lebih baik lagi
jangan biarkan hamba yg lemah ini hancur oleh ketidakkuatan diri hamba dalam menepaki kehidupan yg penuh rintangan ini...
berikanlah ketabahan keikhlasan dalam lajunya kehidupan hamba ini.......

ya robb....
ENGKAU lah tempat aku curahkan semua pengaduan diriku
senangnya hatiku...
gembiranya hatku...
pilunya hatiku.,...
sakitnya hatiku....
dan semuanya hamba curahkan kepadaMU ya robb


ya robb....
jangan KAU biarkan diri ini terlena oleh kehidupan yg fana ini....
jangan KAU letakan dunia dihati hamba ini..............krn itu akan menghancurkan diriku ya robb....


ya robb....
berkanlah ketenangan pada diri ini dengan menyebut nama MU ya Allah...................
dengan menyebut asma-asmaMU ya Allah..........
dengan merenungi ciptaanMU ya Allah.....
dengan untaian dzikir ya Allah.....berkan lah ketenangan pd jiwa n ruh yang rapuh ini.....

Minggu, 22 Februari 2009

Mampukah Kita Bersyukur dengan nikmat-nikmat Allah?

Diantara sifat orang beriman adalah ketika mendapat berbagai kenikmatan, dia bersyukur kepada Dzat yang telah memberikan nikmat tersebut yaitu Allah. Dia ucapkan: "Alhamdulillaah, segala puji bagi Allah" dan ucapan yang sejenisnya.
Memang arti syukur sendiri adalah memuji kepada Dzat yang telah memberikan berbagai kenikmatan dan kebaikan.
Tapi cukupkah dengan hanya memuji melalui lisan semata?

Sebenarnya tidak cukup hanya dengan itu, karena betapa banyaknya orang yang memuji Allah dengan lisan-lisan mereka ketika mendapatkan nikmat tetapi bersamaan dengan itu tetap bergelimang dalam kemaksiatan.

Akan tetapi syukur itu mempunyai rukun-rukunnya yaitu tiga rukun. Dimana syukurnya seorang hamba berporos pada tiga rukun tersebut –yang tidak akan dinamakan syukur kecuali dengan terkumpul ketiga-tiganya- yaitu: pertama: mengakui nikmat tersebut dengan batin (di dalam hati); kedua: membicarakannya secara zhahir (yaitu lisan kita memuji Dzat yang telah memberikan nikmat dan menyebut-nyebut nikmat tersebut); dan ketiga: meminta bantuan dengan nikmat tersebut didalam melaksanakan ketaatan kepada Allah (artinya menggunakan nikmat tersebut untuk melaksanakan ketaatan kepada Allah).

Maka kesimpulannya, syukur itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota badan. Adapun tugasnya hati adalah pertama: mengakui nikmat tersebut semata-mata datangnya dari Allah bukan dari yang lainnya walaupun sebabnya bisa jadi melalui teman, jual beli atau yang lainnya akan tetapi semuanya itu hanyalah sebab atau perantara dalam mendapatkan nikmat akan tetapi pada hahikatnya yang memberinya hanyalah Allah semata; dan kedua: mencintai Dzat yang telah memberikan nikmat tersebut demikian juga mencintai nikmat tersebut.

Adapun tugasnya lisan adalah memuji dan menyanjung Dzat yang telah memberikan nikmat tersebut. Sementara tugasnya anggota badan adalah menggunakan nikmat tersebut untuk mentaati Dzat yang kita syukuri (yaitu Allah Ta'ala) dan menahan nikmat tersebut jangan sampai digunakan untuk kemaksiatan kepada-Nya.

Dan sungguh Allah telah menggandengkan syukur dengan iman dan mengkhabarkan bahwasanya Dia tidak akan mengadzab makhluk-Nya apabila mereka bersyukur dan beriman kepada-Nya. Allah berfirman:
مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَءَامَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
"Allah tidak akan menyiksa kalian, jika kalian bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui." (An-Nisaa`:147)

Allah juga mengkhabarkan bahwasanya orang-orang yang bersyukur adalah orang-orang yang khusus diberikan anugerah diantara hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
وَكَذَلِكَ فَتَنَّا بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لِيَقُولُوا أَهَؤُلاَءِ مَنَّ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ بَيْنِنَا أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَعْلَمَ بِالشَّاكِرِينَ
"Dan demikianlah telah Kami uji sebahagian mereka (orang-orang yang kaya) dengan sebahagian mereka (orang-orang miskin), supaya (orang-orang yang kaya itu) berkata: "Orang-orang semacam inikah diantara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada mereka?" (Allah berfirman): "Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)?" (Al-An'aam:53)

Dan Allah membagi manusia bahwasanya diantara mereka ada orang-orang yang bersyukur dan ada pula yang kufur, maka sesuatu yang paling dibenci oleh Allah adalah kekufuran dan pelakunya dan sebaliknya sesuatu yang paling dicintai oleh Allah adalah rasa syukur dan pelakunya. Allah berfirman:
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
"Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kafir." (Al-Insaan:3)

Dan Dia juga berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhan kalian memaklumkan: "Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya 'adzab-Ku sangat pedih." (Ibraahiim:7)

Di dalam ayat tersebut Allah Ta'ala mengaitkan tambahan nikmat dengan syukur, sementara tambahan nikmat dari-Nya tiada akhir/batasnya sebagaimana tidak ada batasnya untuk mensyukuri-Nya, dan Allah menerangkan bahwasanya kebanyakan balasan yang Dia berikan kepada hamba-hamba-Nya itu tergantung kehendak-Nya, seperti firman-Nya:
وَإِنْ خِفْتُمْ عَيْلَةً فَسَوْفَ يُغْنِيكُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ إِنْ شَاءَ
"Dan jika kalian khawatir menjadi miskin, maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepada kalian dari karunia-Nya, jika Dia menghendaki." (At-Taubah:28)

Dia juga berfirman tentang masalah ampunan:
وَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ
"Dan diampuni-Nya bagi siapa yang dikehendaki-Nya." (Al-Maa`idah:40)
Dan Dia berfirman tentang masalah taubat:

وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ
"Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya." (At-Taubah:15)

Allah memutlakkan balasan syukur dengan semutlak-mutlaknya ketika menyebutnya seperti firman-Nya:
وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ
"Dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (Aali 'Imraan:145)

Dan ketika musuh Allah, Iblis, mengetahui betapa tingginya kedudukan syukur, dan bahwasanya syukur itu termasuk dari seagung-agung kedudukan dan yang paling tingginya, maka dia (Iblis) menjadikan tujuan (utamanya) adalah berusaha memutuskan manusia dari syukur, lalu dia berkata:

ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ
"Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (ta`at)." (Al-A'raaf:17)

Allah telah mensifati orang-orang yang bersyukur bahwasanya mereka adalah orang-orang yang sedikit diantara hamba-hamba-Nya. Allah berfirman:
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
"Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur (berterima kasih)." (Saba`:13)

Dan telah tetap di dalam Ash-Shahiihain dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: Bahwasanya beliau berdiri shalat malam sampai kedua telapak kakinya bengkak-bengkak, maka dikatakan kepada beliau: Mengapa engkau melakukan ini dalam keadaan Allah telah mengampuni seluruh dosa-dosamu yang dahulu maupun yang akan datang? Maka beliau menjawab: "Apakah aku tidak boleh untuk menjadi orang yang bersyukur?"

Dan telah tetap di dalam Musnad Al-Imam Ahmad bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepada Mu'adz: "Demi Allah, aku benar-benar mencintaimu, maka janganlah kamu lupa untuk mengatakan setelah selesai dari setiap shalat fardhu:
اللَّهُمَّ أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
"Ya Allah, tolonglah aku agar senantiasa ingat kepada-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah kepada-Mu dengan sebaik-baiknya."

Syukur itu pengikat kenikmatan dan sebab bertambahnya nikmat, sebagaimana diucapkan oleh 'Umar bin 'Abdul 'Aziz:
"Ikatlah nikmat-nikmat Allah dengan syukur kepada-Nya."

Dan Ibnu Abid Dunya telah menyebutkan dari 'Ali bin Abi Thalib bahwasanya dia berkata kepada seorang laki-laki dari daerah Hamdzaan: "Sesungguhnya nikmat itu disambung dengan syukur sedangkan syukur itu sendiri berkaitan dengan bertambahnya nikmat, dan keduanya bergandengan pada suatu masa, maka tidak akan terputus tambahan nikmat dari Allah sampai terputusnya rasa syukur dari seorang hamba."

Berkata Al-Hasan: "Perbanyaklah menyebut nikmat-nikmat ini, karena sesungguhnya menyebutnya merupakan rasa syukur, dan sungguh Allah telah memerintahkan Nabi-Nya agar menceritakan nikmat Rabbnya. Allah berfirman:
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
"Dan terhadap ni'mat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)." (Adh-Dhuhaa:11)

Dan Allah senang apabila ditampakkan pengaruh nikmat-Nya kepada hamba-Nya, karena sesungguhnya hal ini merupakan syukur di segala keadaan.

Adalah Abul Mughirah apabila dikatakan kepadanya: Bagaimana engkau berada di pagi hari ya Abu Muhammad? Dia berkata: Kami berada di pagi hari dalam keadaan tenggelam dengan kenikmatan-kenikmatan, tetapi lemah untuk bersyukur, Rabb kami telah memperlihatkan cinta-Nya kepada kami sementara Dia tidak butuh kepada kami dan kami seakan-akan menampakkan kebencian kepada-Nya (dengan sering terjatuh kepada maksiat dan sedikit bersyukur) sementara kami butuh kepada-Nya."

Berkata Syuraih: "Tidaklah seorang hamba ditimpa dengan suatu musibah kecuali Allah memberikan kepadanya tiga kenikmatan: musibah itu tidak berkaitan dengan agamanya; musibah itu tidak lebih besar daripada apa yang telah ada; dan bahwasanya musibah itu mesti terjadi maka sungguh telah terjadi (sebagai ujian baginya)."

Dan berkata Yunus bin 'Ubaid: Seseorang berkata kepada Abu Ghanimah: "Bagaimana keadaanmu di pagi hari? Dia berkata: "Aku berada di pagi hari diantara dua nikmat yang aku tidak tahu mana dari keduanya yang lebih utama: dosa-dosa yang ada padaku telah Allah tutupi maka tidak ada seorangpun yang mampu mencelaku; dan rasa cinta yang Allah berikan kepada hati-hati para hamba yang amalku sendiri tidak bisa mencapainya."
Sufyan menerangkan ayat:
سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَعْلَمُونَ
"Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui." (Al-Qalam:44)

"Mereka diberikan berbagai nikmat tetapi mereka terhalang dari bersyukur." Dan berkata yang lainnya: "Setiap kali mereka terjatuh ke dalam perbuatan dosa maka beritahukan akan nikmat (yang telah Allah berikan kepada mereka)."

Berkata seseorang kepada Abu Hazim: "Bagaimana bentuk syukurnya kedua mata ya Abu Hazim?" Maka dia menjawab: "Jika engkau melihat kebaikan, engkau mengumumkannya (memberitahukan kepada yang lainnya) dan sebaliknya jika engkau melihat kejelekan, engkau menyembunyikannya." Laki-laki tadi bertanya lagi: "Bagaimana syukurnya kedua telinga?" Beliau menjawab: "Jika engkau mendengar kebaikan maka engkau menjaganya dan jika engkau mendengar kejelekan, engkau menolaknya." Dia bertanya lagi: "Bagaimana syukurnya kedua tangan?" Beliau menjawab: "Janganlah engkau mengambil apa-apa yang bukan milik keduanya dan janganlah engkau tahan hak untuk Allah apa yang ada pada keduanya." Dia bertanya lagi: "Bagaimana syukurnya perut?" Beliau menjawab: "Jadikanlah makanan dibawahnya dan ilmu di atasnya." Dia bertanya lagi: "Bagaimana syukurnya kemaluan?" Beliau menjawab dengan membacakan ayat:
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ(5) إِلاَّ عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ(6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ(7)
"Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas." (Al-Mukminuun:5-7)
Dia bertanya lagi: "Bagaimana syukurnya kedua kaki?" Beliau menjawab: "Jika engkau mengetahui suatu mayat yang engkau iri kepadanya (karena ketika hidupnya melakukan ketaatan kepada Allah), maka pergunakan keduanya sebagaimana dia amalkan.

Jika engkau tidak bersyukur dengan seluruh anggota badanmu, maka permisalannya adalah seperti seseorang yang mempunyai pakaian lalu dia mengambil ujungnya dan tidak memakainya, maka pakaian tersebut tidak memberikan manfaat kepadanya untuk menghindari panas, dingin, salju dan hujan.

Dan sebagian 'ulama telah menulis surat kepada salah seorang saudaranya: "Ammaa ba'd, sungguh kami telah berada di pagi hari dengan nikmat-nikmat dari Allah yang tidak dapat dihitung bersamaan banyaknya maksiat yang telah kami lakukan, maka kami tidak tahu mana diantara keduanya yang kami bisa bersyukur, apakah keindahan (yaitu kebaikan-kebaikan) yang telah dimudahkan bagi kita ataukah kejelekan-kejekan yang telah ditutupi?!

Subhaanallah, seorang muslim tidak boleh sekejap pun untuk melupakan syukur kepada Allah. Mengapa? Tidakkah kita sadari betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dalam keadaan kita sering terjatuh kepada kemaksiatan akan tetapi Allah tutupi aib-aib kita.

Untuk itu bersegeralah kembali dan taubat kepada-Nya serta kita minta kepada-Nya agar menjadikan kita sebagai orang-orang yang pandai bersyukur. Wallaahul Muwaffiq.

Disadur dari Tazkiyatun Nufuus, karya Ibnu Rajab, Ibnul Qayyim dan Abu Hamid dengan beberapa perubahan.

(Dikutip dari Bulletin Al Wala' wa Bara', Edisi ke-9 Tahun ke-3 / 28 Januari 2005 M / 17 Dzul Hijjah 1425 H . Judul asli Mampukah Kita Bersyukur?. Diterbitkan Yayasan Forum Dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah Bandung. Url sumber : http://salafy.iwebland.com/fdawj/awwb/read.php?edisi=9&th=3)